Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menilai kedatangan Raja Salman bin Abdulaziz al Saud ke Gedung DPR, Kamis 2 Maret lalu, memberi bukti Islam tidak seperti yang dituduhkan selama ini.
Menurut Nur Wahid, Islam selama ini sering diposisikan sebagai kelompok antidemokrasi, radikalisme, terorisme, dan tuduhan buruk lainnya.
Advertisement
"Dengan kedatangan Raja Salman ke parlemen membantah semua tuduhan Islam antidemokrasi itu," kata Hidayat dalam acara konsolidasi nasional Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Jakarta, Jumat 3 Maret 2017.
Nur Wahid mengatakan, kunjungan Raja Salman itu juga pernah dilakukan Raja Arab Saudi sebelumnya, Raja Faizal pada 1970. Bukti lain Arab Saudi tidak antidemokrasi adalah, negara penghasil minyak terbesar itu menjadi anggota berbagai organisasi dunia seperti PBB, OKI, OPEC, dan lain sebagainya.
"Jika Islam antidemokrasi, fitnah kepada umat Islam, menjadi tidak benar," ucap dia.
Nur Wahid mengatakan perlunya kita memberi ruang kreasi kepada anak-anak muda. Seperti saat dirinya berkunjung ke China, ia memberi masukan soal kebijakan pemerintah China soal Suku Uighur. Saat itu, pemerintah China melarang anak muda pergi ke masjid.
Larangan itu, menurut Nur Wahid, bukan solusi untuk menyelesaikan masalah radikalisme. Tapi justru menegaskan agar masjid tetap dibuka.
"Di masjid itulah anak-anak muda justru bisa berkreasi, di masjid justru anak-anak muda bisa bersosialisasi menemukan realita. Bila masjid ditutup, maka anak-anak muda akan mencari jalan yang tertutup pula, sehingga malah menumbuhkan radikalisme," Nur Wahid menandaskan.
Raja Salman berkunjung ke Gedung DPR pada Kamis 2 Maret lalu. Dalam kunjungan sekitar 30 menit itu, Raja Arab Saudi itu berpidato di hadapan anggota dewan dan tamu undangan yang berjumlah mencapai 1.500 orang. Para anggota legislatif itu menyambut dengan antusias.