Liputan6.com, Chicago - Bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve berpotensi menaikkan suku bunga pada Maret.
Pimpinan The Fed Janet Yellen menyampaikan hal itu saat pidato di the Executives’s Club of Chicago seperti dikutip dari laman BBC, ditulis Senin (6/3/2017).
Yellen menuturkan, rencana kenaikan suku bunga itu dapat dilakukan dengan pertimbangan data tenaga kerja dan inflasi. Bila kedua data ekonomi itu sesuai harapan ada kemungkinan suku bunga naik pada Maret.
Pernyataannya juga menunjukkan kalau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang terjadi pada dua tahun ini. Sebelumnya suku bunga telah naik 0,25 persen pada Desember, dan itu kenaikan suku bunga kedua kali dalam 10 tahun. Saat ini suku bunga the Fed di kisaran 0,5 persen-0,75 persen.
Baca Juga
Advertisement
Yellen menuturkan, ekonomi AS juga lebih bertahan di tengah guncangan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Ini dilihat dari data tenaga kerja dan inflasi masih berjalan sesuai target.
“Saat ini kami menilai, kalau data ekonomi itu sesuai yang diharapkan maka kami secara bertahap meningkatkan suku bunga,” ujar Yellen.
“The Committee akan evaluasi apakah data tenaga kerja dan inflasi sesuai dengan harapan kami. Bila sesuai maka akan sesuaikan tingkat suku bunga,” tambah dia.
Gennadiy Goldberg, Analis TD Securities mengatakan, Yellen telah memberikan sinyal terkuat kalau kenaikan suku bunga sangat mungkin dapat terjadi pada Maret.
Dalam sambutan pidatonya, Yellen juga menuturkan, kalau menunggu terlalu lama untuk menaikkan suku bunga maka berpotensi menaikkan risiko yang mengganggu pasar. Ini dikhawatirkan dapat mendorong ekonomi dalam resesi. Oleh karena itu dia meyakinkan kalau kenaikan suku bunga dilakukan secara bertahap.
Namun, ia menegaskan, kalau memang ada perkembang tak terduga mempengaruhi proses ekonomi, kenaikan suku bunga dapat dilakukan cepat, tidak seperti beberapa tahun terakhir. Sebelumnya the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2017.