Liputan6.com, Yogyakarta - Dinding kota tidak lagi menjadi sekadar pembatas antar ruang. Dinding dan tembok di Yogyakarta menjadi medium ekspresi kesenian dan wadah menyampaikan pesan.
Grafiti adalah jalan hidup buat Roni dan Kepleh. Sudah lebih dari 12 tahun dua pemuda jebolan perguruan seni ini berkutat dengan seni visual jalanan atau street art. Ini ajang penyatuan idealisme dalam goresan resmi di sepenggal ruang publik.
Advertisement
Pengalaman panjang dijalan ikut membentuk pola dari tiap gores dan warna dalam sebuah karya. Tidak ada kesan canggung, meskipun grafiti identik dengan perlawanan, pemberontakan dan isu vandalisme.
Grafiti bukanlah aktivitas murah. Bukan pula pijakan ekonomi yang lazim. Setiap bulan ia harus mengeluarkan biaya Rp 2 Juta untuk menuntaskan dahaga dan menjaga eksistensi grafiti dalam bingkai seni.
Sementara, aspek religius tidak cuma menginspirasi gaya grafiti dari Alex TMT. Ini juga berlaku dalam kehidupan nyata.
Sosok trengginas saat menyemprot sontak hilang berganti sosok anggota pengamanan sebuah organisasi masyarakat di Yogyakarta.
Di Mata Alex keluarga dan kesenian bisa berjalan selaras. Ini sangat berbeda dengan kultur writer atau boomber yang masih berpegang teguh pada spirit pemberontakan dan antimedia mainstream.
Alex menyulap garasi rumah jadi toko cat. Bukan mencari keuntungan semata, tetapi menjaga denyut nadi komunitas seniman grafiti.
"Saya bisa membuktikan mereka bisa survive dan bisa sukses dengan karya-karya mereka atau lifestyle mereka" ujar Alex.
"Tetapi buat saya grafiti itu budaya, tanpa saya berfikir ini untung dan ini rugi" kata Alex.
Aspek legalitas menjadi tantangan sendiri. Sebagian boomber menganggap perlu izin untuk menghapus stigma negatif. Namun, tak jarang yang mengharamkan kata permisi.
Buat Alex dan kru TMT menuntaskan sebuah karya yang besar ditengah interaksi dengan warga menjadi kepuasan yang tak terhingga. Menolak jenuh, seniman grafiti dituntut peka atas kejadian realitas di masyarakat.
Spontanitas tanpa mengesampingkan pesan yang artistik. Menyemai kata dan rupa pada dinding agar segala resah tercurah dan dinding kota tidak lagi mengungkung.
Saksikan selengkapnya video coretan resah dinding Kota Yogyakarta yang ditayangkan Potret Menembus Batas SCTV, Minggu (5/3/2017).