Liputan6.com, Brebes - Hoax atau berita bohong kerap berdampak fatal, terutama bagi kalangan masyarakat yang tak mengonfirmasi ataupun mengecek kebenarannya. Hal inilah yang terjadi di Desa Tegalrejo, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Seorang gelandangan penderita gangguan jiwa nyaris tewas karena disiksa dan diarak keliling kampung pada Selasa (7/3/2017) siang. Pria tak dikenal ini harus merasakan bogem mentah, tendangan, kekerasan, dan menahan siksaan oleh sejumlah warga.
Perlakuan tak manusiawi itu berlanjut. Pria paruh baya dengan kaki dan kepala berlumuran darah itu setelah disiksa secara membabi buta oleh sejumlah warga kemudian dipasung. Posisi tangan diikat di sebatang bambu dan kepala di bawah. Ia lalu digotong ramai-ramai keliling kampung hingga ke balai desa setempat.
Aksi brutal sejumlah warga setempat itu ditengarai lantaran hoax yang selama ini berkembang di media sosial (medsos) dan dari mulut ke mulut. Beredar kabar, penculik anak berkeliaran dengan menyamar sebagai orang gila dan gelandangan berpakaian kumal.
Parahnya, berita bohong itu mulai merebak di sebagian wilayah pantai utara atau pantura di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mulai dari Cirebon, Brebes, Slawi, Tegal, Pemalang, Pekalongan, dan Batang.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com, kejadian bermula saat seorang pria tua terlihat mondar-mandir di pertengahan sawah di desa setempat sekitar pukul 10.00 WIB atau Selasa pagi tadi.
Tiba-tiba, seorang warga yang kebetulan berada di sawah meneriaki orang berpakaian kumal itu: "Penculik-penculik, dia penculik anak itu". Karena teriakan itulah, sejumlah warga yang saat itu berada di sawah mendekati sesosok pria tua tersebut.
Tak lama kemudian, sejumlah warga menjadi emosi melihat sesosok pria kumal yang dituduh penculik anak. Mereka pun menganiaya pria malang tersebut dengan membabi buta hingga akhirnya dipasung dan diarak keliling desa.
Kapolsek Banjarharjo AKP Kamal Hasan membenarkan ada seorang gelandangan yang dihajar warga akibat dicurigai akan menculik. Kendati demikian, korban sempat diamankan pihak kepolisian dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
"Belum masih dilakukan pemeriksaan. Tapi yang jelas korban adalah seorang gelandangan," ucap Kamal Hasan.
Dia menerangkan, kejadian bermula saat korban mondar-mandir di sekitar Desa Tegalreja, Kecamatan Banjarharjo, Selasa pagi tadi sekitar pukul 10.00 WIB.
Namun, menurut Kamal, akibat termakan hoax atau berita bohong, warga lalu meneriaki korban dengan sebutan penculik. Korban sempat melarikan diri.
"Yang jelas korban merupakan seorang gelandangan. Akibat termakan hoax banyak warga yang mengira orang gila itu hanya berpura-pura untuk melakukan penculikan," tutur dia.
Hingga kini, lanjut Kamal, korban yang mengalami luka luar tersebut sekarang sudah diamankan pihak kepolisian dan akan diserahkan ke Dinas Sosial dan Transmigrasi setempat.
Karena itu, dia meminta kepada seluruh masyarakat untuk tidak lantas percaya terhadap hoax ataupun isu yang menjerumuskan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan tersebut.
Remaja Babak Belur Diamuk Massa
Gara-gara hoax penculikan anak, beberapa orang telah menjadi korban di Brebes, Jateng. Dalam beberapa hari terakhir, ada orang gila menjadi sasaran karena dituduh menculik anak.
Demikian pula orang tak dikenal menjadi korban amuk massa gara-gara informasi yang belum dicek kebenarannya tersebut.
Pada Rabu, 1 Maret 2017, remaja bernama Hadi Muslikhin (19) menjadi korban amuk massa di Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Brebes. Ia menjadi sasaran aksi massa yang menuduhnya penculik anak.
Namun, polisi segera datang mengamankan pemuda tersebut. Saat itu, ratusan warga berkerumun dan beberapa kali melancarkan bogem mentah terhadap orang tak bersalah itu.
Alasannya sama, ratusan warga terpancing emosi dengan hoax yang menyebutkan ada orang berkeliaran untuk menculik anak-anak di Brebes. Kontan, warga bersiap-siap jika ada orang tak dikenal muncul di lokasi tersebut. Korban pun langsung dituduh atau dicurigai sebagai penculik.
Remaja yang bukan asli warga setempat itu dituduh sebagai penculik anak, sehingga jadi sasaran amuk massa. Polisi tiba di lokasi di RT 01 RW 04, Desa Kluwut, saat sejumlah warga menangkap remaja yang dicurigai sebagai penculik anak.
Remaja yang menjadi sasaran amuk massa itu kemudian teridentifikasi sebagai pelamar kerja atau pencari kerja asal Purwokerto, Jateng.
Berdasarkan informasi dari ketua RT setempat, pemuda berumur 20 tersebut rehat dan salat di musala desa. Ia sempat mondar-mandir, sehingga warga curiga. Setelah diamankan di kantor desa, remaja itu sempat ditanya. Ternyata, ia kehabisan uang sehingga diturunkan bus di desa tersebut.
Kejadian serupa menimpa lima wanita paruh baya di lokasi yang berbeda dalam tiga terakhir. Masih dengan alasan sama, mereka dituduh menjadi penculik anak karena berpenampilan kumal, kotor dan suka jalan-jalan tanpa arah dan tujuan.
Advertisement
Kabar Penculikan Anak Itu Hoax
Terkait beberapa kasus tersebut, Kapolres Brebes AKBP Luthfie Sulistiawan menyatakan akan menyelidiki seluruh situs dan medsos yang menyebarkan hoax atau berita bohong. Namun, ia meminta masyarakat untuk membuat laporan ke polisi jika merasa dirugikan dengan berita bohong yang tersebar di internet, termasuk medsos.
"Terkait berita hoax yang dikirim orang-orang akan dilakukan lidik dengan kemampuan teknologi informasi untuk lakukan penegakan hukum terhadap mereka," ucap Luthfie.
Menurut dia, informasi hoax penculikan anak yang tersebar di masyarakat sudah sangat memprihatinkan. Sebab, warga luar desa ataupun orang gila kerap menjadi sasaran amuk massa karena dicurigai penculik anak.
"Yang tersebar di masyarakat itu ada penculikan anak yang dilakukan orang gila. Tadi malam, Sabhara mengamankan dua orang yang benar-benar gila, ini terjadi lagi," dia menambahkan.
Ia menyebut, orang gila yang telah diamankan pihak kepolisian benar-benar gila karena kerap berbicara sendiri. Dengan demikian, pihaknya belum bisa meminta keterangan.
Kapolres menyatakan pula, jika warga yang akhir-akhir ini kerap mengeroyok orang gila baik dengan cara memukul atau melemparinya dengan batu karena terbawa info di medsos.
"Info yang tersebar di medsos, marak penculikan anak yang dilakukan orang pura-pura gila. Sehingga, jika ada orang gila atau orang yang tidak dikenal akan dicurigai sebagai penculik anak," kata dia.
Padahal, Luthfie memastikan tidak ada kasus penculikan anak yang terjadi di wilayah hukumnya, seperti yang ramai diperbincangkan di medsos.
"Jadi, kabar adanya penculikan anak di Brebes itu hoax. Karena sampai saat ini tidak ada laporan dari warga yang anaknya hilang diculik," Kapolres Brebes menegaskan.
Kapolres pun mengimbau masyarakat untuk lebih bijak menggunakan medsos. Warga harus berpikir lebih dulu sebelum menyebarkan berita atau informasi yang dibaca di media sosial. Hal itu dianggap penting demi mencegah penyebaran hoax lebih luas.
Polisi, kata dia, melihat hoax di medsos dengan bukti dan saksi ahli pidana. Setelah konten baik gambar atau tulisan itu dianggap menyimpang dan melawan hukum, maka akan ditangani lebih mendalam meski tidak ada laporan. Adapun untuk konten yang berisi penghinaan, polisi akan menunggu laporan.
Hingga Selasa ini, Polres Brebes sudah mengamankan lima perempuan dan satu pria paruh baya yang diduga berpura-pura menjadi gila itu. Diamankannya dua perempuan yang belum jelas identitasnya itu, atas laporan masyarakat di wilayah hukumnya dilokasi yang berbeda.
Mereka diamankan oleh petugas kepolisian saat sedang keliling berjalan kaki menuju ke desa satu ke desa lainnya.
Tangkal Hoax, Polisi Patroli Desa
Sementara di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, gara-gara berita bohong, seorang perempuan tua dianiaya oleh sejumlah warga setempat. Menurut informasi, perempuan paruh baya itu berasal dari Semarang dan dalam pencarian keluarganya.
Beberapa hari terakhir, warga Kabupaten Pemalang digegerkan dengan isu penculikan anak untuk diambil ginjalnya. Kabar burung itu mencuat setelah adanya pesan berantai melalui medsos yang sudah menyebar ke mana-mana, termasuk ke wilayah Kecamatan Warungpring.
Guna meredam keresahan warga terutama kaum ibu, Kapolsek Warungpring AKP Prisandi Tiar bersama anggotanya menggiatkan patroli ke desa-desa di kecamatan setempat. Polisi memberikan imbauan kepada masyarakat supaya tenang dan jangan termakan isu yang belum nyata kebenarananya.
Saat menyambangi Desa Datar, Kecamatan Warungpring, kapolsek secara langsung berdialog dengan kaum ibu untuk memberikan imbauan mengenai keamanan dan ketertiban masyarakat atau kamtibmas.
Prisandi pun meminta masyarakat tidak mudah terhasut atas berita bohong, informasi, dan broadcast seperti itu. Apalagi, berita bohong atau hoax membuat warga menjadi resah atau ketakutan.
"Masyarakat tetap harus tenang, dan mengklarifikasi semua informasi ke kami jika dianggap meresahkan atau terkait isu yang belum pasti kebenarannya," ucap Prisandi.
Menurut Prisandi, dengan adanya pesan atau informasi hoax yang disebarkan secara masif itu, menandakan bahwa masih ada sebagian kecil masyarakat yang saat ini memang ingin kondisi dan situasi tidak aman.
Hal senada diungkapkan Kasubbag Humas Polres Pemalang, AKP Liestiyawati yang menegaskan bahwa berita tersebut tidak benar.
"Hoax! yang sengaja disebarluaskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab agar situasi kamtibmas di Pemalang memanas," ujar Lies.
Selain berita tersebut, beredar pula hoax yang menyebutkan salah satu pelaku penculikan telah tertangkap. "Satu berita hoax ditambah-tambahi untuk membuat warga semakin resah. Warga diminta untuk tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu-isu yang tidak benar," kata Lies.
Advertisement