Liputan6.com, Washington DC - WikiLeaks mempublikasikan ribuan dokumen rahasia CIA pada 7 Maret 2017 lalu yang merinci soal alat peretasan pemerintah yang dapat masuk ke komputer, ponsel, bahkan smart TV.
Beberapa perusahaan yang memproduksi smart TV antara lain Apple, Google, Microsoft, dan Samsung.
Advertisement
Dokumen tersebut menjelaskan metode rahasia untuk membobol enkripsi, perangkat antivirus, dan fitur keamanan pelindung lain yang dimaksudkan untuk menjaga informasi pribadi warga dan perusahaan.
"Ini adalah pekerjaan Edward Snowden," ujar Acting Director Michael Morrel merujuk pada mantan kontraktor National Security Agency (NSA) yang meretas jutaan dokumen pada 2013.
Dokumen ini menggambarkan upaya kerja sama CIA dengan pemerintah asing dan NSA untuk merusak platform teknologi paling populer di dunia. Beberapa produk yang terdampak adalah iPhone dan iPad milik iPhone, ponsel android milik Google, dan sistem operasi Microsoft Windows.
CNET melaporkan, jika CIA dapat masuk ke sistem operasi telepon, badan intelijen itu berpotensi mengakses data. Tidak hanya data enkripsi yang tersimpan dalam perangkat, tapi juga pesan terenkripsi yang dikirim melalui layanan populer, seperti WhatsApp, Signal, dan Telegram.
WikiLeaks memiliki track record panjang atas perilisan dokumen rahasia pemerintah. Para ahli yang menyaring dokumen tersebut pun mengatakan bahwa file itu masuk akal.
Dikutip dari CBS News, Rabu (8/3/2017), dokumen rahasia yang baru dirilis tersebut juga mencakup diskusi tentang pengungkapan sejumlah televisi yang terhubung dengan internet untuk mengubahnya menjadi listening posts--fasilitas yang dibangun untuk memantau sinyal radio dan menganalisa kontennya.
Sementara dokumen lainnya membahas peretasan sistem kendaraan. Hal itu menunjukkan minat CIA dalam meretas mobil modern dengan teknologi canggih yang terdapat dalam kendaraan.
Dirilisnya dokumen tersebut membuat konsumen yang menggunakan produk cemas. Pengungkapan itu juga akan membalikkan kepercayaan dalam program pemerintahan era Obama, yakni Vulnerability Equities Process, di mana badan-badan federal memperingatkan perusahaan teknologi tentang kelemahan dalam perangkat lunak mereka sehingga dapat dengan mudah diperbaiki.
"Arsip tersebut tampaknya telah beredar di kalangan mantan peretas pemerintah AS dan kontraktor secara tidak sah, salah satunya dengan memberikan WikiLeaks sejumlah bagian arsip," ujar WikiLeaks dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu juru bicara CIA, Jonathan Liu mengatakan, bahwa dirinya tidak mengomentari keaslian atau isi dokumen intelijen. Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, juga menolak berkomentar.
Dokumen menunjukkan pertukaran yang luas atas alas dan informasi di antara CIA, NSA, dan badan-badan intelijen AS lainnya, serta badan intelijen dari sekutu dekat Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Inggris.
Dokumen yang dirilis Selasa lalu itu diyakini berasal dari Embedded Development Branch CIA yang membahas teknik untuk memasukkan kode berbahaya ke komputer yang dilindungi oleh produk keamanan perusahaan antivirus terkemuka.