Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran taksi online telah menggerus pangsa pasar taksi konvensional. Hal itu pun mendorong inovasi dan strategi oleh taksi konvensional untuk tetap bertahan.
Salah satunya lewat kolaborasi dengan taksi online. Analis pun menilai kolaborasi tersebut dapat berdampak positif untuk kelangsungan bisnis taksi konvensional.
Dalam riset PT Bahana Sekuritas melihat ancaman persaingan kehadiran taksi online ini bakal berujung panjang, taksi konvensional yaitu PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) pun mulai merajut kolaborasi dengan harapan dapat menopang turunnya pendapatan.
Namun cara kolaborasi yang dipilih kedua taksi konvensional cukup berbeda sehingga akhirnya memberi dampak berbeda pula terhadai kinerja mereka.
Analis PT Bahana Sekuritas Gregorius Gary menuturkan, sebenarnya jumlah pengguna taksi tidak bertambah meski keberadaan taksi online memberi tarif murah. Yang ada hanya perpindahan pelanggan saja. Dari yang tadinya menggunakan taksi konvensional sekarang jadi pengguna taksi online. Jadi dengan ada kolaborasi antara kedua operator taksi dengan taksi online maka permintaan atas taksi konvensional akan kembali.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Analis PT NH Korindo Sekuritas Bima Setiaji menuturkan, kerja sama taksi online dan konvensional akan untungkan kedua belah pihak. Dengan ada kolaborasi diharapkan dapat meningkatkan utilitas pemakaian taksi terutama konvensional.
"Misalkan Blue Bird. Tahun kemarin utilitas rate atau seberapa banyak taksi digunakan sekitar 70 persen tahun kemarin, ini juga sejak ada taksi online. Sebelumnya 77 persen. Kerja sama ini diharapkan meningkatkan utilitas menjadi 75 persen," ujar Bima saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (8/3/2017).
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan oleh PT Bahana Sekuritas atas promo yang ditawarkan oleh kolaborasi antara taksi online dan konvensional, tampaknya kerja sama antara Go-Car dengan taksi Blue Bird lebih rasional ketimbang kolaborasi Uber dengan taksi Express.
Dalam kondisi normal, Uber memberlakukan tarif Rp 4.032 per kilometer (KM). Namun ada diskon 70 persen. Sedangkan Grab memberikan tarif Rp 3.441/KM dengan harga promo mendapat potongan 30 persen.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan Bahana kerja sama antara Go-Car dengan Blue Bird, Gojek memberi subsidi antara 20 persen-50 persen dari tarif normalnya Rp 4.459/KM. "Jadi sebenarnya subsidi yang diberikan Gojek lebih rendah dari subsidi yang diberikan Uber yang menawarkan potongan 25 persen-70 persen dan Grab memberi potongan 25 persen-75 persen," ujar Gregorius.
"Memang kalau kita lihat sekilas seolah-olah pihak gojek rugi karena memberikan subsidi kepada Blue Bird sebab tarif yang dibayarkan penumpang sebesar tarif yang ada di aplikasi Go-Car, sedangkan kekurangan tarif normal yang diberlakukan taksi Blue Bird akan dibayarkan pihak Gojek, namun ternyata angkanya tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya," tambah dia.
Gregorius melanjutkan, skema kolaborasi ini tentu Blue Bird diuntungkan karena jumlah penumpang akan naik. Namun mereka dapat tarif normal sedangkan pihak Gojek diuntungkan karena armada Go-Car bertambah.
Selain kolaborasi yang berdampak ke taksi konvensional, Bima menilai, emiten taksi mendapatkan momentum lantaran pemerintah melalui Kementerian Perhubungan akan mengatur kuota armada transportasi online.
Rekomendasi Saham
Rekomendasi Saham
Meski demikian, Bima melihat bisnis transportasi kian ketat di masa mendatang. Oleh karena itu, ia menilai, pergerakan saham Blue Bird naik signifikan di awal 2017 hanya lantaran momentum yang positif yaitu kerja sama dengan taksi online dan kebijakan pemerintah. Saham PT Blue Bird Tbk telah naik 36,67 persen pada awal 2017 ke level Rp 4.100 per saham.
"Pertumbuhan (taksi) sudah terbatas. Perusahaan taksi beli mobil padahal harga mobil akan terdepresiasi, dan biayanya tetap," kata dia.
Lewat kerja sama tersebut, PT Bahana Sekuritas memberikan pendapatan PT Blue Bird Tbk akan naik menjadi Rp 5,3 triliun pada akhir 2017 dari Rp 4,85 triliun yang diperkirakan pada akhir 2016. Sedangkan laba bersih diperkirakan naik ke level Rp 565 miliar pada akhir 2017. Perkiraan laba bersih 2016 sebesar Rp 494 miliar.
Bima memperkirakan pendapatan Blue Bird akan tumbuh 9-10 persen pada 2017. "Diperkirakan pendapatan turun pada 2016. Pendapatan Blue Bird akan sekitar Rp 5,3 triliun-Rp 5,4 triliun pada 2017. Laba bersih 2017 sekitar Rp 700 miliar-Rp 800 miliar," ujar dia.
Untuk kinerja PT Express Transindo Utama Tbk, Gregorius memperkirakan pendapatan 2017 mencapai Rp 688 miliar. Laba bersih pun diharapkan membaik ke posisi Rp 8,8 miliar.
PT Bahana Sekuritas pun merekomendasikan beli untuk saham Blue Bird dengan target harga Rp 4.750 per saham. Sedangkan Bima merekomendasikan hold saham Blue Bird dengan target harga Rp 4.950 per saham.
Gregorius menuturkan, pihaknya merekomendasikan reduce saham PT Express Transindo Utama Tbk dengan target harga Rp 135 per saham.
Advertisement