Liputan6.com, Jakarta South Pacific Viscose (SPV) tengah menjajaki ekspansi pabriknya di Indonesia. Perusahaan asal Austria tersebut berencana untuk membangun pabrik serat (fiber) berteknologi tinggi di dalam negeri dengan nilai investasi US$ 300 juta.
Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan saat ini anak usaha dari Lenzing Group ini telah memiliki pabrik fiber di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 300 ribu ton. Jika jadi melakukan ekspansi, maka total produksinya bertambah menjadi 600 ribu ton.
Advertisement
"Ada kemungkinan untuk berinvestasi, di bidang staple fibers. Mereka ekspansi. Kapasitas sekarang 300 ribu ton, mau bikin pabrik baru. Jadi kurang lebih 600 ribu ton," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Rabu (8/3/2017).
Sigit mengungkapkan, serat dengan teknologi tinggi ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri tekstil. Saat ini, Indonesia belum mampu memproduksi serat dengan jenis ini.
"Kita belum bisa produksi itu, ini teknologi baru jadi pasti sangat bagus. Selama ini kita impor. Itu untuk tekstil, garmen, kaos, tisu. (Yang selama ini diproduksi) Viscose fiber, tapi bukan yang kualitas ini. Masih yang biasa. Kalau yang ini high grade," kata dia.
Jika nantinya SPV jadi melakukan ekspansi pabriknya, maka produk fiber yang dihasilkan akan ditujukan untuk pasar ekspor. Hal ini mengingat kebutuhan akan produk ini di luar negeri sangat tinggi, sedangkan permintaan di Indonesia masih sangat kecil.
"Kemungkinan 90 persen untuk ekspor karena demand di sini belum besar. Tapi ada demandnya. Tapi pasti kalau mereka tahu ada industrinya di sini pasti lari ke sini. Kalau ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, Jepang. Itu kan pasar-pasar tradisional tekstil kita," jelas dia.
Namun demikian selain di Indonesia, saat ini SPV juga tengah menjajaki peluang investasi di Thailand. Jika mendapatkan tawaran yang lebih menarik, bisa saja SPV memilih Thailand sebagai lokasi investasi dari ekspansi pabriknya ini.
"Tapi belum diputuskan. Masih ada dua pilihan negara, kalau tidak Indonesia, ya Thailand. (Keputusan) Tahun ini, 3 bulan lagi diputuskan. Semoga masuk ke Indonesia. Kalau masuk, ini memperkuat struktur industri tekstil kita. Yang tadinya biasa-biasa saja, nanti kita bisa produksi kain-kain yang high grade," ungkap Sigit.
Untuk SPV mau berinvestasi di Indonesia, lanjut Sigit, pihaknya telah menawarkan beberapa macam insentif, salah satunya tax holiday. Dengan nilai investasi sebesar US$ 300 juta, maka SPV dinilai berhak mendapatkan insentif pajak tersebut.
"Kalau melihat investasi mereka US$ 300 juta, kan tentu mereka berhak untuk dapat tax holiday. Karena aturannya kan kalau Rp 100 miliar sudah dapat, kalau di tekstil. Dan kalau karyawannya lebih dari 100 orang juga dapat tax holiday," tandas dia.