Liputan6.com, Jakarta Siapa sangka kekesalan karena tidak bisa menikmati bakso di tempat nyaman membuat Sarita Suteja dan kawan-kawannya membuat resto bakso yang kini populer? Bakso Boedjangan yang berawal dari kawasan Dipatiukur, Bandung, akhirnya bisa menjadi salah satu start up yang diperhitungkan dalam Festival Jajanan Bango 2017.
“Biasanya makan nyaman itu mahal. Itulah yang menjadikan saya dan kawan-kawan kesal dan memutuskan untuk membuat bakso boedjangan untuk memberikan kenyamanan pada pelanggan” ujar Sarita Suteja, di Bebek Bangil, Selasa (7/3/2017).
Advertisement
Sarita sendiri membawa bakso naik kelas dengan berbagai inovasi yang mereka kembangkan terus-menerus. Bakso sendiri merupakan sajian yang sangat Indonesia, bahkan orang-orang sudah menikmatinya sejak mereka kecil. Agar tampil berbeda, Bakso Boedjangan terus membuat kreasi kuliner baru dengan mencari tren yang disukai orang-orang.
“Akhirnya berbagai ide ini kami munculkan dalam berbagai bakso, seperti Bakso Urat, Bakso Rawit Pedas, Bakso Telur Bebek, dan Bakso Keju Mozarella yang kini sedang populer,” ujar Sarita.
Namun apa hubungannya bakso dengan kecap? Sarita sendiri justru menganggap kecap adalah sahabat dekat bagi para penikmat bakso. Hal ini terlihat dari kebiasaan orang yang mengunggah foto Bakso Boedjangan di media sosial.
“Memang kecap dan bakso itu berbeda. Tapi tanpa kecap, bakso tidak akan enak. Kebanyakan bakso yang difoto oleh para konsumen sudah banyak dicampur dengan kecap dan cabai. Walhasil gambar bakso tampak sudah acak-acakan, tapi inilah bakso yang enak, sehingga mengundang orang makan bakso di sini,” ujar Sarita.
Tentunya kegigihan Sarita dan kawan-kawan membawa Bakso Boedjangan kini memiliki 15 cabang di lima kota. Sertifikasi Halal juga berhasil didapatkan, sehingga menjamin sajian kuliner bakso kreatif Nusantara ini nyaman dikonsumsi oleh pelanggan.