Liputan6.com, Washington, DC - Unjuk rasa bertema "A Day Without a Woman" berlangsung di seantero Amerika Serikat (AS) pada Rabu waktu setempat. Pihak penyelenggara meminta para perempuan meninggalkan pekerjaan mereka dan tidak mengeluarkan sepersepun uang untuk berbelanja.
Aksi yang bertujuan untuk menunjukkan kekuatan ekonomi dan politik kaum hawa ini menandai peringatan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret. Banyak para demonstran yang memanfaatkan momen tersebut untuk menyuarakan sikap anti-Trump.
Advertisement
Seperti dikutip dari USA Today, Kamis, (9/3/2017), di Washington, lebih dari 20 perempuan anggota parlemen asal Partai Demokrat memutuskan "walk out" dari Capitol untuk berbicara dengan ratusan demonstran.
Anggota parlemen tersebut mengkritik penghapusan UU Perawatan Terjangkau dan pemutusan dana federal untuk organisasi Planned Parenthood. Mereka juga menuntut keadilan yang sama di mata hukum dan gaji yang setara dengan pria ketika melakukan pekerjaan yang sama.
Di New York, sebuah peristiwa menjadi sorotan nasional. Setidaknya 13 perempuan ditangkap di luar Trump International Hotel & Tower. Mereka didakwa berperilaku tidak tertib.
Al Jazeera menyebutkan sejumlah penyelenggara utama demo seperti Tamika Mallory, Linda Sarsour, Carmen Perez dan Bob Bland masuk dalam daftar orang-orang yang ditangkap.
Pada hari yang sama, sebuah perusahaan investasi yang mendesak korporasi untuk menerima lebih banyak pekerja perempuan menjadi perhatian setelah mereka menempatkan sebuah patung gadis muda tepat di depan patung banteng, Charging Bull yang terkenal di Wall Street.
Patung karya seniman Kristen Visbal itu diberi nama "Fearless Girl". Dan di bagian kakinya terdapat tulisan, "Know the power of women in leadership. SHE makes a difference".
Di Washington tepatnya di depan Gedung Putih, demonstran meneriakkan "shame on him" dan "our lives, our bodies". Hal tersebut sebagai bentuk penolakan atas kebijakan Trump yang menghapus pemberian dana bantuan ke ngo asing untuk melayani aborsi.
Panitia penyelenggara aksi demo meminta agar para pendukung gerakan ini memakai pakaian dan atribut berwarna merah sebagai simbol "revolusi cinta dan pengorbanan".
"Mari kita bersuara kembali untuk mengatakan bahwa hak-hak perempuan adalah HAM, terlepas dari ras, etnis, agama, status imigrasi, identitas seksual, ekspresi gender, status ekonomi, usia, atau disabilitas," tulis pihak penyelenggara demo di situs resmi mereka.
Menurut sensus AS, 47 persen perempuan mendominasi sejumlah profesi sepertu perawat, asisten dokter gigi, kasir, akuntan, dan apoteker. Sepertiga dari mereka tercatat sebagai dokter dan dokter bedah, juga pengacara dan hakim. Perempuan juga mewakili 55 persen dari seluruh mahasiswa.
Presiden Donald Trump sudah memberikan ucapan terkait dengan perayaan Hari Perempuan Internasional. Melalui Twitter ia berkicau, "Saya sangat menghormati perempuan dan berbagai peran yang mereka mainkan vital bagi struktur masyarakat dan ekonomi kita".
Sementara itu First Lady AS Melania Trump menjadi tuan rumah atas jamuan makan siang di Gedung Putih dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional.
Adapun Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa cara yang efektif untuk melindungi hak-hak perempuan adalah dengan memprioritaskan pemberdayaan perempuan. Lebih lanjut, ia mengatakan, prioritas harus diberikan untuk kehadiran kaum hawa di lembaga-lembaga pemerintah, sistem politik dan bisnis serta aspek-aspek lain di masyarakat.
Perayaan Hari Perempuan Internasional melalui unjuk rasa juga digelar di sejumlah negara. Di Moskow, empat aktivis serta dua wartawan dan seorang fotografer ditangkap karena disebut menyelinap ke Kremlin.
Menurut surat kabar Novaya Gazeta, para demonstran membawa slogan bertuliskan "Men out of Kremlin" dan "All Power--women".
Di Madrid, sekitar 200 orang berkumpul di pusat kota Puerta del Sol untuk memperingati Hari Perempuan Internasional. Mereka juga mendukung sekelompok perempuan yang sempat mogok makan untuk menuntut aksi politisi melawan kekerasan dalam rumah tangga.
Peringatan Hari Perempuan Internasional juga dirayakan melalui berbagai cara di antaranya di Filipina, Swedia, Jerman, Kabul, serta puluhan negara lainnya di dunia.