Liputan6.com, Jakarta - Spanduk larangan menyalatkan jenazah pendukung penista agama merebak. Hal ini juga menuai banyak reaksi di masyatakat.
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang juga mantan Ketua GP Ansor, Nusron Wahid, mempertanyakan dasar larangan menyalatkan jenazah yang banyak beredar di beberapa masjid. Sebab, selama ini, Islam tidak mengajarkan itu.
Advertisement
"Apa itu ajaran Islam? Ajaran mana itu? Ajaran Islam jangankan orang yang beda pilihan, selama orang itu syahadat itu, selama orang itu asyhaduala ilahailawllah dan syahadat, masih punya tauhid, selama dia meninggal itu fardhu kifayah hukumnya untuk disalatkan dan diurus jenazahnya. Itu hukum Islam," kata Nusron di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu malam, 8 Maret 2017.
Karena itu, politikus Partai Golkar itu masih tak habis pikir dari mana dasar dalam menentukan pelarangan menyalatkan jenazah itu. Nusron pun mempertanyakan berbagai tafsir yang muncul terkait pelarangan itu.
"Kok kemudian tidak disalati itu ajaran apa? Ajaran dari mana? Iya kan, kalau tafsir-tafsir, tafsirnya siapa? Ini kalau kayak gitu apa ada zaman Rasulullah? Kalau selama ini kayak gitu-gitu dianggap bidah, yang bidah siapa kalau kayak gini terus?" imbuh dia.
Nusron yakin, berbagai spanduk itu tidak akan berpengaruh dengan dukungan warga Jakarta kepada pasangan Ahok-Djarot. Warga Jakarta sudah cukup pintar dalam memilih pemimpin.
"Jadi saya yakin, saya tegaskan. Kalau orang lain berbuat, kita pun bisa berbuat. Dan yang lain saya yakin, rakyat Jakarta cerdas dan kami optimistis, Ahok-Djarot pada 19 April nanti akan menang dalam putaran kedua Pilgub Jakarta," pungkas Nusron.