Liputan6.com, Jakarta Sedikitnya 15 daerah di Jawa Barat berpotensi menghadapi banjir dan tanah longsor saat musim penghujan. Ancaman longsor, mayoritas berada di wilayah Jawa Barat bagian tengah dan selatan sedangkan ancaman banjir berada di wilayah pantura.
Atas bencana yang belakangan ini kerap terjadi di wilayah Jabar dan berdasarkan peringatan curah hujan tinggi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengingatkan masyarakat bahwa Provinsi Jawa Barat dalam status keadaan siaga darurat bencana banjr dan tanah longsor.
Advertisement
“Provinsi Jawa Barat dalam keadaan siaga darurat bencana alam banjir dan tanah longsor, terhitung mulai tanggal 1 November 2016 sampai dengan 29 Mei 2017,” ungkapnya.
Penetapan status darurat ini akan sangat berpengaruh pada kemudahan administrasi/mekanisme penggunaan anggaran untuk penanggulangan bencana.
“Saya instruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jabar melaksanakan upaya-upaya kesiapsiagaan keadaan darurat, sehingga mampu meminimalisasi potensi dampak bencana melalui penanganan yang bersifat cepat, tepat dan terpadu, seusai ketentuan peraturan perundangan,” katanya.
Aher pun menghimbau kepada kepala daerah kota kabupaten se-Jabar untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan tindakan-tindakan preventif yang diperlukan.
“Kepada masyarakat saya berpesan untuk selalu berwaspada mengingat rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sampai bulan Mei 2017 curah hujan di berbagai daerah di Jabar cukup tinggi,” pesannya.
Tahun ini Pemprov Jabar telah mengeluarkan dua kali status siaga bencana banjir dan longsor. Periode pertama adalah awal tahun ini mulai 4 Januari 2016 hingga 4 April 2016.
Peluang Bencana Hidrometeorologi Tinggi
BMKG sebelumnya telah merilis sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam puncak musim hujan sehingga peningkatan intensitas curah hujan masih terjadi.
Dengan potensi curah hujan tinggi pada periode bulan Februari, maka potensi hujan lebat harian dapat meningkatkan peluang terjadinya bencana Hidrometeorologi. Meskipun demikian, frekuensi hujan yang cenderung meningkat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lokal.
Sedangkan secara umum sejak bulan Januari tidak terdapat fenomena cuaca global yang signifikan seperti Indian Ocean Dipole (IOD), seruakan dingin, maupun gelombang tropis yang hampir seluruhnya dalam kondisi netral. Sehingga pada periode kali ini sangat perlu memperhatikan perkembangan dinamika cuaca lokal dan regional.
Dari tinjauan kondisi atmosfer beberapa hari kedepan terdeteksi adanya aliran udara basah dari Samudera Hindia yang menyebabkan wilayah Sumatera bagian Selatan, Banten, Jawa Barat, dan Jabodetabek cenderung dalam kondisi yang cukup basah.
Munculnya area perlambatan dan pertemuan angin mengakibatkan kondisi udara menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat dan petir. Kondisi tersebut didukung dengan kuatnya monsun Asia yang menyebabkan batas wilayah udara basah terkonsentrasi di sekitar pesisir selatan Jawa.
Suhu muka laut (SML) di Samudera Hindia Selatan Jawa Barat tanggal 12-19 Februari 2017 berkisar antara 28 - 30 °C, dengan anomali SML 2 - 4 °C. Kondisi ini mengindikasikan suplai uap air sebagai pendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa Barat dan Sumatera relatif tinggi.
Nilai kelembaban relatif di wilayah Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua Barat pada lapisan 850 dan 700 mb umumnya bernilai > 70 %, menunjukan bahwa kondisi udara basah yang berpotensi terhadap pertumbuhan awan-awan hujan cukup signifikan di wilayah tersebut.
Diperkirakan potensi hujan akan meningkat dalam beberapa hari kedepan, khususnya di wilayah pantai barat Sumatera, Sumatera bagian utara, Sumatera bagian selatan, Bengkulu, Riau, Lampung, Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi bagian Tengah, Sulawesi bagian Selatan, dan sebagian besar Papua.
Terkait dengan hal tersebut, masyarakat diharapkan tetap mewaspadai potensi peningkatan curah hujan yang dapat disertai angin kencang dan berpotensi mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor, banjir bandang maupun genangan.
Powered By:
Pemerintah Provinsi Jawa Barat