Liputan6.com, Washington DC - Sebanyak 400 orang dari pasukan AS dikirim ke Suriah sebagai bentuk dukungan kepada pasukan sekutu lokal untuk mengambil alih Raqqa, benteng kelompok militan ISIS.
Marinir AS juga termasuk ke dalam pasukan tambahan yang dikirim ke Suriah dalam beberapa hari terakhir. Sementara itu, pasukan khusus Angkatan Darat AS telah berada di negara dengan ibu kota Damaskus tersebut.
Advertisement
Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, dijadwalkan menjadi tuan rumah diskusi dengan anggota koalisi menjelang dilakukannya serangan ke Raqqa.
Pejabat senior dan menteri luar negeri dari 68 negara dan sejumlah organisasi internasional, juga diundang untuk menghadiri pertemuan selama dua hari yang membahas hal tersebut. Pertemuan di Washington itu, dijadwalkan pada 22 Maret.
"Menteri Luar Negeri Tillerson telah menjelaskan bahwa menumpas ISIS merupakan prioritas utamanya di Timur Tengah," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri, Mark Toner, seperti dikutip dari BBC, Jumat (10/3/2017).
Pejabat pertahanan AS mengatakan kepada Washington Post, unit artileri Marinir telah dikerahkan dengan senjata yang dapat menembakkan meriam 155mm sejauh 32 km.
Selama akhir pekan lalu, pasukan khusus Angkatan Darat AS telah dikerahkan di dekat sebuah kota di barat laut Raqqa, Manbij, dengan menggunakan kendaraan tempur lapis baja.
Tindakan tersebut merupakan upaya untuk mengakhiri bentrokan antara Syrian Democratic Forces (SDF) dengan pemberontak yang didukung Turki.
Belum diketahui dengan jelas apakah pengerahan pasukan tersebut merupakan sinyal meningkatnya keterlibatan AS dalam konflik Suriah. Namun pengerahan tersebut dilakukan setelah Donald Trump mempertimbangkan rencana baru untuk menumpas ISIS.
Menurut laporan AP, Trump ingin memberi Pentagon fleksibilitas lebih besar untuk membuat keputusan rutin dalam memerangi ISIS.
Menurut laporan, 1.000 orang dari pasukan AS juga siap dikirim ke Kuwait sebagai kekuatan cadangan yang dapat digunakan untuk melawan ISIS di Suriah dan Irak jika diperlukan.