Liputan6.com, Tapanuli Selatan - - Musang berbulu domba. Metafora klasik ini mungkin tepat disematkan untuk predator seksual terhadap 17 anak di bawah umur di salah satu desa di Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Di mata keluarga, pelaku berinisial SBH tidak pernah menunjukkan tingkah laku yang menyimpang. Bahkan, pria 35 tahun itu juga disebut sebagai sosok yang rajin ibadah dan ramah kepada para warga di lingkungan tempat tinggalnya.
Ibu kandung pelaku, SH, mengatakan SBH merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Perempuan berusia 57 tahun tersebut mengaku sangat terkejut mendengar anaknya berbuat asusila terhadap 17 anak di bawah umur.
"Terkejut, selama ini enggak pernah kami lihat ada yang aneh-aneh. Baik orangnya, sering ibadah juga," ucap SH, Jumat (10/3/2017).
SH mengakui, dalam satu tahun terakhir SBH terlihat sangat jarang bergaul dengan teman-teman sebayanya yang kebanyakan sudah berumah tangga dan memiliki anak. Sedangkan SBH berstatus lajang tua atau belum menikah.
Baca Juga
Advertisement
"Belakangan ini, sekitar setahun, memang sering dia (SBH) dekat sama anak-anak. Tapi enggak kepikiran kami bisa jadi begini," ujar dia.
Sementara warga sekitar, Panusunan Nasution, sangat mengenal SBH. Menurut pengakuannya, SBH dikenal sebagai orang yang suka bersosialisasi dengan warga lainnya. Apalagi saat ada acara di sekitar tempat tinggal mereka.
"Kalau ada acara, dia (SBH) sering bantu-bantu. Sama anak-anak juga baik. Kerjanya enggak tetap, nanti kalau ada duit, dia mau bagi-bagi sama anak-anak di sini. Enggak nyangkalah kami dengan perbuatannya sekarang, jadi geram kami," tutur pria 46 tahun itu.
Sebelumnya, sebanyak 17 anak di salah satu desa di Kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan, diduga menjadi korban seorang predator seksual. Salah satu orangtua korban, NH mengatakan anaknya yang berinisial R (5) menjadi korban pencabulan tetangganya berinisial SBH.
Kasus pencabulan itu terungkap setelah orangtua korban menanyai anaknya. "Anak saya mengaku anusnya sakit. Pengakuan ini muncul setelah anak saya dibawa jalan-jalan sama SBH," kata NH, Senin, 6 Maret 2017.
Menurut NH, kejadian itu terjadi satu pekan lalu, tepatnya Senin, 27 Februari 2017. Saat itu, R dibawa jalan-jalan oleh tetangganya ke salah satu lokasi di kawasan Batang Angkola. Di sebuah gubuk, R dicabuli predator seksual itu.
"Saat anak saya mengaku sakit, saya terus interogasi. Kemudian anak saya mengaku kalau si R memasukkan kemaluannya ke anus anak saya," kata pria 40 tahun itu.
Saat ini predator seksual itu tengah diburu oleh warga salah satu desa di Kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Hal itu tak lepas dari laporan atas tindakan asusila yang dilakukannya terhadap 17 bocah laki-laki.
Salah satu orangtua korban asusila, NH mengatakan, SBH diketahui telah kabur pada Kamis, 2 Maret 2017 lalu. Saat itu NH bersama warga lainnya mencoba menemui pria yang diketahui pengangguran tersebut ke rumahnya. Sesampainya warga di rumah SBH, diketahui pelaku sudah tidak ada di rumahnya.
"Rumahnya tidak jauh dari rumah saya. Sebelumnya sudah kami jumpai dia (pelaku), kami bilang jangan kabur dan diselesaikan baik-baik, tapi Kamis kemarin dia sudah tidak ada di rumahnya," kata NH, Rabu, 8 Maret 2017.
Kasat Reskrim Polres Tapsel AKP Jama K Purba membenarkan pelaku SBH telah kabur dari rumahnya. Polisi saat ini mengejar predator seksual tersebut, sedangkan para korban masih menjalani pemeriksaan.
"Pelakunya melarikan diri, kita terus mengejar pelakunya," ujar Kasat Reskrim Polres Tapanuli Selatan tersebut.