Liputan6.com, Kairo - Patung sang firaun menyembul dari lapisan tanah yang berair di kawasan kumuh di Kota Kairo, Mesir, di antara bangunan yang belum selesai dan jalan lumpur di daerah kelas pekerja Matariya.
Sudah ribuan tahun ia ada di sana. Arca tersebut ditemukan oleh para arkeolog dari Mesir dan Jerman.
Advertisement
Para ahli menduga, patung setinggi 8 meter itu menggambarkan Firaun Ramses II, yang memerintah Mesir lebih dari 3.000 tahun lalu.
Patung itu ditemukan di dekat reruntuhan kuil Ramses II di bekas kota kuno Heliopolis-- yang kini berada di sisi timur Kairo.
Kementerian Urusan Barang Antik Mesir menyebut, temuan tersebut adalah salah satu yang terpenting.
"Kamis lalu mereka meneleponku untuk memberitahukan sebuah temuan besar, patung raksasa firaun yang diduga Ramses II yang terbuat dari kuarsit," kata Menteri Urusan Barang Antik Mesir, Khaled al-Anani seperti dikutip dari Guardian, Jumat (10/3/2017).
Ramses II, yang juga dikenal sebagai Ramses yang Agung atau Ozymandias adalah firaun Mesir ketiga yang berasal dari Dinasti ke-19 -- yang memerintah selama 66 tahun, dari 1279 -1213 Sebelum Masehi.
Sebagai firaun, Ramses II memimpin beberapa ekspedisi ke Israel, Lebanon dan Suriah. Ia juga memimpin ekspedisi ke Nubia.
Pada awal kekuasaannya, ia fokus dalam pembangunan kota, kuil dan monumen. Ramses II mendirikan kota Pi-Ramesses di Delta Sungai Nil sebagai ibukota barunya dan basis utama untuk kampanye militernya di Suriah. Para penerusnya memanggilnya 'Leluhur Agung'.
"Kami menemukan bagian dada patung tersebut dan bagian kepala bawah. Kini menemukan mahkota, bagian telinga kanan, dan fragmen mata kanan," kata Anani.
Tempat Tinggal Dewa Matahari
Pada Kamis 2 Maret 2017, para arkeolog, pejabat, warga setempat, dan sejumlah awak media menyaksikan detik-detik ketika alat berat menarik patung itu keluar dari air bercampur lumpur.
Ekspedisi arkeolog Mesir dan Jerman juga menemukan bagian atas patung dari batu kapur setinggi 80 cm yang diduga menggambarkan Firaun Seti II, cucu Ramses II.
Patung-patung itu berada di dekat kuil matahari di Heliopolis yang didirikan oleh Ramses II.
Itu adalah salah satu kuil terbesar di Mesir, hampir dua kali lipat ukuran Karnak di Luxor, namun kemudian hancur pada masa pendudukan Yunani-Romawi.
Sejumlah obeliks atau tugu batunya dipindahkan ke Alexandria atau Eropa. Batu-batu reruntuhan kuil tersebut dijarah dan dijadikan bahan bangunan pada masa perkembangan kota Kairo.
Para ahli kini berupaya mengekskavasi bagian-bagian patung sebelum merestorasinya.
Jika upaya tersebut berhasil, dan patung itu terbukti menggambarkan Ramses II, maka temuan tersebut akan dipindahkan ke Grand Egyptian Museum yang akan dibuka di Giza pada 2018.
Dietrich Raue, ketua tim Jerman ekspedisi, mengatakan bangsa Mesir Kuno percaya Heliopolis adalah tempat di mana dewa matahari hidup. Itu mengapa para firaun dan penguasa tak tinggal di sana.
"Itulah yang selalu saya beritahukan pada orang-orang di sini, ketika mereka bertanya apakah ada sesuatu yang penting di tempat mereka," kata dia. "Menurut kepercayaan para firaun, dunia diciptakan di Matariya," kata Raue.
"Itu berarti semuanya harus dibangun di sini. Patung, kuil, obelisk, semuanya. Tapi ... firaun tidak pernah tinggal di Matariya, karena dewa matahari tinggal di sini."
Temuan tersebut diyakini bisa membawa keuntungan bagi industri pariwisata Mesir yang terpuruk akibat konflik -- pascapemberontakan yang menggulingkan Hosni Mubarak pada 2011.
Jumlah wisatawan yang berkunjung Mesir merosot menjadi 9,8 juta pada 2011 dari lebih dari 14,7 juta pada 2010.
Serangan bom yang menjatuhkan pesawat Rusia yang menewaskan 224 orang pada Oktober 2015 kian memundurkan sektor wisata, yang turun menjadi 1,2 juta pada kuartal pertama 2016 dari 2,2 juta tahun sebelumnya.