Liputan6.com, Semarang - Tahukah Anda lirik lagu karya grup punk rock asal Bali, Superman Is Dead (SID), "Jika Kami Bersama?"
"Jika kami bersama
Nyalakan tanda bahaya
Jika kami berpesta...
Muda beda dan berbahaya"
Lirik itu sepertinya dipelesetkan oleh tiga ibu ini. Wajar jika mereka masuk kategori ibu-ibu berbahaya jika berada di tengah masyarakat. Mereka adalah Turiyati (57) warga Sawah Besar, Kelurahan Kaligawe, Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah, Narni (52) Warga Perum Duta Bandara, Kosambi, Kabupaten Tangerang, dan Lestari (47) warga Beton Mas, panggung Lor, Semarang Utara.
Mengapa mereka berbahaya?
Begini. Mereka diketahui berbahaya setelah ditangkap polisi dari Satuan Reserse Mobil Polrestabes Semarang. Kejahatan yang mereka tebar di masyarakat adalah dengan menggunakan ilmu gendam atau hipnotis, sehingga sukses meraup uang puluhan juta rupiah.
Ibu-ibu berbahaya ini ditangkap di RSUP dr Kariadi, Semarang, saat beraksi. Menurut Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Abiyoso Seno Aji, sebelum ditangkap, mereka terakhir kali menggendam seorang nenek berusia 81 tahun bernama Koesnijah, warga Lempongsari Semarang. Sasarannya selalu keluarga pasien dan dilakukan di berbagai kota.
"Ketika itu korban Koesnijah berada di kantin Paviliun Garuda. Setelah mereka mendekat, mereka berbagi peran dan berpura-pura mengobati penyakit korban. Saat itu korban dirugikan Rp 23 juta dan perhiasan emas hingga 60 gram," kata Kapolrestabes Semarang, Jumat, 10 Maret 2017.
Baca Juga
Advertisement
Dalam berbagi peran, kelompok ibu-ibu berbahaya ini ada yang bertugas pura-pura menjadi orang sakit dengan penyakit yang sama dengan calon korbannya. Kemudian secara demonstratif diobati oleh anggota kelompok lainnya. Rata-rata calon korbannya percaya, kemudian mereka berjanji bertemu keesokan harinya dengan membawa sejumlah uang atau perhiasan.
Salah satu anggota komplotan itu, Turiyati menuturkan bahwa calon korbannya percaya karena temannya yang berperan menjadi pasien juga memberikan perhiasan.
"Tapi itu emas palsu untuk uangnya potongan kertas koran yang dibungkus sapu tangan," kata Turiyati
Barang itulah yang kemudian ditukar dan diberikan pada korbannya. Tentu saja sebelumnya sudah menggelar sebuah ritual pengobatan. Tak lupa pula korban dipesan agar membuka bungkusan itu ketika sampai di rumah. Tentu saja korbannya akan kecewa karena bungkusan itu berisi potongan kertas koran, mur baut dan uang Rp 2.000.
Tidak hanya di RSUP Kariadi saja, setidaknya ada lima tempat dan berada di luar kota seperti Surabaya, Jakarta dan Gresik. Polisi sementara hanya menahan Turiyati, sedangkan dua pelaku lainnya akan diserahkan di wilayah hukum yang menjadi tempat kejadian perkara, karena untuk keduanya tidak ada laporan polisi di wilayah Polrestabes Semarang.
Selain tiga ibu-ibu itu, dalam beraksi mereka dibantu seorang lain bernama Siska. Para pelaku gendam itu beraksi dengan menyewa mobil.