Liputan6.com, Jakarta - Jenazah nenek 78 tahun, bernama Hindun bin Raisman ditelantarkan warga Karet Raya II, Setiabudi, Jakarta Selatan karena mencoblos Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI 2017 putaran pertama. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno pun meminta relawan serta simpatisannya tidak tinggal diam ketika melihat hal serupa.
"Kepada seluruh relawan pendukung pasangan Anies - Sandi, saya minta agar para relawan bersama dengan warga dan para tokoh/ulama untuk turun tangan dan terlibat langsung membantu apabila ada yang mengalami kesulitan dalam pengurusan jenazah bagi tiap warga yang memerlukan," pinta Anies - Sandi melalui rilis yang dikirim tim suksesnya, Jakarta, Minggu (12/3/2017).
Advertisement
Pasangan itu juga meminta warga untuk menurunkan spanduk penolakan menyalatkan jenazah pendukung atau simpatisan lawan politiknya dalam Pilkada DKI 2017, Ahok - Djarot. Dia berharap warga melaksanakan kewajiban sesuai aturan agama terkait penolakan tersebut.
Sementara, mereka menolak jika dikaitkan dengan pemasangan spanduk tersebut jelang Pilkada DKI 2017 putaran kedua.
"Tim kampanye Anies-Sandi maupun relawan tidak pernah membuat spanduk ancaman dan tidak menganjurkan (penolakan jenazah)," jelas Anies - Sandi.
Ia mengatakan aksi mengancam bisa menghasilkan reaksi mengancam pula. Menjawab ancaman dengan ancaman seperti ini, walau atas inisiatif pribadi secara independen, bisa membuat suasana jadi makin tidak sehat.
"Ancaman telah membuat warga memberikan suara karena rasa takut, reaksi ancaman juga akan membuat warga memilih bukan karena harapan perubahan. Semua ini harus segera dihentikan," kata Anies.
Anies menyatakan, ajang Pilkada seharusnya tak mengganggu persahabatan, persaudaraan, pertetanggaan dan kerja sama di antara warga.
"Mari kita kembali mengingat bahwa Insya Allah masih ada kehidupan bersama sesudah tanggal 19 April 2017 nanti," kata mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut.