Liputan6.com, Yogyakarta Sebanyak 14 batik asli Puro Pakualaman dipamerkan di Gedung Danawara Ndalem Puro Pakualaman mulai 9-11 Maret 2017 kemarin. Semua batik yang dipamerkan merupakan karya GKBRAA Paku Alam X yang diambil dari serat kuno milik PA II hingga PA X.
R Bayu Hendarto Koordinator Pameran mengatakan, pameran ini digelar dalam rangka Hadeging Kadipaten Pakualaman Ngayogyakarta ke 211 tahun (Jawa). Menurutnya tidak semua batik khas Pakualaman dipajang dalam pameran ini. Hanya 14 motif khas Pakualaman yang dipamerkan dari serat serat kuno milik Pakualaman.
Baca Juga
Advertisement
"Dari serat itu dibuat ilustrasi jadi bagian ide dibuat karya istri Paku Alam X. Diambil dari serat kuno PA II lalu dibuat ilsutrasi lalu jadi bagian ide karyanya sama gusti kanjeng. Serat seratnya ada serat Sestradi, Astrobroto,Condro Kinasih, Wukir Kusumo, Punjonggowati, Winoyo Kusumo," ujarnya, Jumat (10/3/2017).
Bayu mengatakan pembuatan batik tulis tersebut memakan waktu hingga berbulan-bulan. Batik tulis juga dianggap memiliki harga yang tak ternilai, sebab batik ini merupakan hasil peninggalan leluhur sejak zaman Majapahit di abad ke-12, yang menyimpan nilai-nilai filsafah.
"Batik Sestradi itu gambaran kehidupan manusia divmana kebaikan menjadi jalan utama manusia. Jadi Sestradi itu manusia harus punya ketetapan hati harus mencintai lingkungan dan lain-lain," ujar Bayu menambahkan.
Sementara itu, Huniati salah seorang pengunjung mengaku senang bisa berkunjung ke acara pameran tersebut. Sebab ia bisa belajar dan mengetahui langsung batik khas Pakualaman yang diambil dari serat kuno. Pameran batik ini juga dimanfaatkan generasi muda untuk belajar tentang budayanya sendiri.
"Melestarikan budaya di Jogja terutama di lingkungan keraton. Ini unik sekali, bahannya katun nomor satu dan batik tulis. Ini langka dipasaran. Kalau ini dilestarikan bisa meningkatkan budaya. Harganya pasti mahal pasti di atas satu juta karena proses pembuatannya sangat lama dan bentuknya juga rapi. Motifnya jenis-jenisnya itu juga sulit, harganya pasti mahal," kata Huniati. (Yanuar H)