Liputan6.com, Ankara - Hubungan Turki dan Belanda memanas. Dimulai dari larangan mendarat Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Amsterdam.
Larangan itu terjadi di tengah sentimen Turki di Negeri Tulip tersebut. Mengetahui menterinya dilarang mendarat, Presiden Recep Tayyip Erdogan mendeskripsikan pemerintah Belanda adalah 'sisa Nazi dan fasis'.
Advertisement
Erdogan pun berjanji untuk melakukan pembalasan terhadap penerbangan diplomatik Belanda.
"Anda dapat menghentikan pesawat menteri luar negeri kami seperti yang Anda inginkan, mari kita lihat bagaimana pesawat Anda akan datang ke Turki sekarang," kata Erdogan di Istanbul dikutip dari VOA News, Minggu (12/3/2017).
"Mereka tidak tahu politik atau diplomasi internasional," kata Erdogan. "ini sisa-sisa Nazi, mereka fasis..."
Tak lama kemudian, PM Belanda memberikan respons terkait hal tersebut.
"Itu tentu saja ucapan yang gila," kata Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte yang "Saya memahami mereka marah, tetapi ucapan tersebut sangat keterlaluan."
Ketegangan telah terus meningkat selama beberapa hari, sementara pihak berwenang di Austria dan Jerman menghambat kehadiran para menteri Turki dalam kampanye menggalang para pendukung di Eropa.
Banyak negara Uni Eropa menentang kunjungan para menteri Turki untuk berkampanye menjelang referendum mengubah UU Turki. Ankara ingin menggalang dukungan dari jutaan warga Turki yang tinggal di Eropa agar memberi kekuasaan yang lebih besar kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan memungkinkannya dapat terus berkuasa sampai tahun 2029.
Menlu Mevlut Cavusoglu diharapkan mendarat di Belanda untuk mempengaruhi suara warga Turki di negeri Tulip agar memenangkan referendum. Demikian seperti dikutip dari BBC.
Ada 400 ribu warga Turki di Negeri Belanda, di mana Ankara berharap mendulang suara kemenangan mendukung Erdogan.
Blokade di Konsulat Turki di Belanda
Pada Sabtu 11 Maret 2017 lalu, salah satu keluarga menteri Turki, Fatma Betul Sayan Kaya dihentikan polisi Belanda kala ia ingin memasuki kantor konsulat di Rotterdam sesampainya dari Jerman.
"Kami dihentikan oleh polisi, 30 meter dari kantor konsulat kami sendiri," kata Fatma dalam Twitternya.
Fatma pergi ke Belanda setelah mendengar pesawat yang membawa Cavusoglu dilarang mendarat di Negeri Kincir Angin itu.
Bukan kali pertama Erdogan sebut negara Uni Eropa Nazi.
Minggu lalu, Erdogan menuduh Berlin menjalakankan pratik Nazi setelah sejumlah pidatonya di depan warga Truki di Jerman dibatalkan.
Erdogan berharap mendulang suara 1,4 juta warga Turki di Jerman untuk memenangkan referendum.