Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor KH Gus Yaqud mengatakan perbedaan pendapat dalam memilih merupakan hal wajar. Sebab setiap manusia memiliki pandangan berbeda soal memilih pemimpinnya.
Kendati, Gus Yaqud berharap perbedaan pendapat sesama umat Islam pada pilkada, khususnya Pilkada DKI 2017 jangan sampai memecah umat Islam.
Advertisement
"Perbedaan itu biasa, masing-masing kita memiliki pandangan berbeda. Ini tidak bisa disatukan. Sampai tidak mau mensalatkan jenazah, padahal sesama umat Islam. Saya pikir tidak perlu sampai segitunya, harus dewasa menyikapi perbedaan," kata dia di Kantor GP Ansor, Jakarta Timur, Minggu (12/3/2017).
Untuk itu, sesuai konstitusi yaitu UUD 1945 dan Pancasila, GP Ansor dan Gabungan Kiai Muda Indonesia membebaskan umat Islam dalam memilih pemimpinnya pada Pilkada 2017.
"Ini untuk meredakan ketegangan (sesama muslim) terkait pilkada yang bisa saja berpotensi memecah belah umat Islam. Jadi siapa pun yang memilih memiliki landasan masing-masing," Gus Yaqud menandaskan.
Sebelumnya, jenazah nenek Hindun yang berusia 78 tahun diduga ditelantarkan masyarakat sekitarnya, Jalan Karet Raya II, Setiabudi, Jakarta Selatan baru-baru ini. Sebab, sang nenek yang sudah tak bisa berjalan sejak lama itu, memilih pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok - Djarot) pada Pilkada DKI 2017 putaran pertama.
Saat meninggal, tak ada warga yang menggotong jenazah Hindun ke musala, sehingga hanya seorang ustaz dan empat warga serta pihak keluarga yang mensalatkan Hindun di rumahnya. Selain itu, tak ada pria di keluarganya karena empat anak nenek Hindun semuanya janda setelah suami mereka meninggal.
Sebelum nenek Hindun meninggal, persis berada di depan rumahnya terpampang sebuah spanduk penolakan menyalati jenazah pendukung penista agama.