Liputan6.com, Semarang Kota Semarang makin memantapkan positioning-nya sebagai smart city. Setelah menebar free Wi-Fi di puluhan taman kota serta meluncurkan berbagai aplikasi yang memudahkan pemenuhan hak warganya, kini arah pengembangan Kota Semarang mulai diarahkan untuk melawan sikap destruktif. Satu aplikasi lagi siap diluncurkan sebagai pemenuhan hak warga.
Latar belakang pembuatan aplikasi ini ketika Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mendapat laporan dari warganya melalui tagar #laporhendi di akun Twitter dan Instagramnya. Sejumlah laporan perusakan fasilitas umum disertai foto-foto itu mayoritas berupa coretan vandalis.
Salah satu yang diunggah Hendi adalah papan nama Taman Tirto Agung di Banyumanik Kota Semarang yang dipenuhi coretan warna merah. Coretan tersebut bukanlah tergolong mural atau street art, tapi bersifat destruktif.
"Sedih rasanya bila yang sudah dibangun dengan susah lalu dirusak dengan mudah -- Penting : Menulis namanya di sini tak membuatnya jadi jodohmu..mohon bijak dalam bertindak!" tulis Wali Kota Hendi dalam akun Instagramnya.
Baca Juga
Advertisement
Usai mengunggah, Hendi langsung menginisiasi gerakan warga. Gerakan itu diberi tagar #SemarangLawanVandalisme.
"Yang melihat hal serupa ini silahkan foto dan tag ke saya dengan menginfokan lokasi serta menyertakan tagar #SemarangLawanVandalisme," Hendi menulis melalui akun Twitternya @HendrarPrihadi.
Kepada Liputan6.com, Hendi bercerita bahwa dirinya bisa mengerti dan memahami apa yang dilakukan warganya dengan mencorat-coret fasilitas umum itu. Biasanya hal itu dilakukan oleh para remaja yang belum menemukan passion hidupnya. Selain itu para pelaku biasanya memiliki pergaulan yang kurang pengawasan.
"Saya pernah muda. Saya paham apa yang dipikirkan mereka. Ini sebenarnya semacam kegelisahan kreatif untuk eksistensi mereka. Nah, itu yang harus kita kelola," kata Hendi, Senin (13/3/2017).
Mengacu pada tujuan Smart City dan Kota Tangguh, Hendi kemudian menyiapkan aplikasi yang dinamakan sangat lokal. Namanya "Bergerak Bersama". Aplikasi ini ditujukan untuk mendukung gerakan melawan vandalisme tersebut. Bentuk aplikasinya adalah Crowdacting.
"Seperti aplikasi Crowdfunding, aplikasi ini yang didonasikan bukan hanya uang tetapi juga tenaga. Salah satu fiturnya dirancang untuk menghimpun masyarakat dalam menghapus vandalisme seperti coretan, misalnya dengan bersama-sama mengecat ulang pada waktu yang telah ditentukan dan seterusnya," kata Hendi.
Aplikasi itu dirasa perlu, karena saat ini hampir seluruh warga Semarang memiliki kegiatan online cukup tinggi intensitasnya. Hendi sebelumnya pernah menginisiasi gerakan menghapus coretan-coretan yang ada pada halte-halte bus di Kota Semarang. Awal tahun 2015, Hendi berkeliling dengan sepeda dan langsung mengecat ulang halte yang penuh coretan. Namun sambutan masyarakat belum menjangkau hingga di pelosok.
Dengan aplikasi ini, selain mengharapkan kepedulian dan solidaritas warga, jangkauan gerakan diharapkan lebih luas. Dari gerakan yang pertama, para vandalis yang tertangkap tangan difasilitasi dan diminta membuat mural atau hiasan di halte-halte tersebut. Kini halte-halte bus di Kota Semarang banyak dihiasi mural.
"Jika jangkauan lebih luas, gerakan akan makin masif. Sekarang nyaris semua orang punya akun medsos dan itu harus dikelola menuju Semarang dengan peradaban yang lebih baik," kata Hendi.