Sumarsono: Pencopotan Spanduk Tolak Salat Jenazah Sesuai SOP

Terkait spanduk berisi penolakan salat jenazah pendukung penista agama, Sumarsono menegaskan pihaknya telah menurunkan instrumen baru.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 13 Mar 2017, 12:29 WIB
Sumarsono soal larangan salat jenazah

Liputan6.com, Jakarta Pemprov DKI Jakarta membantah penindakan terhadap spanduk provokatif, baru dimulai sejak kasus nenek Hindun muncul, atau spanduk penolakan salat jenazah ramai beredar.

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan, jajaran Satpol PP sudah menindak tegas seluruh spanduk yang tidak sesuai standar operasional pelaksana (SOP).

"Itu sebelum ada kejadian Bu Hindun, spanduk sudah ditertibkan. Pokoknya SOP Satpol PP ada dua, pertama masang spanduk di tempat tidak sesuai tempatnya," tegas dia di Balai Kota Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (13/3/2017).

"Kedua berbau SARA, meresahkan, melanggar ketertiban umum langsung dicopot," dia melanjutkan.

Terkait spanduk berisi penolakan menyalatkan jenazah pendukung penista agama, Sumarsono menegaskan, pihaknya telah menurunkan instrumen baru kepada Satpol PP. Instrumen tersebut adalah mendahulukan cara persuasif sebelum menurunkan spanduk.

"Khusus mengenai kasus spanduk tolak salat mayat ini, saya kasih instrumen baru cara persuasif, karena agama itu sensitif. Belum tentu spanduk itu dipasang tokoh agama atau masyarakat setempat, jadi bicara dulu bahwa mayat yang beragama Islam harus disalatkan, dan setelah saya ke lapangan mereka setuju semua kok," dia memaparkan.

Kasus nenek Hindun mencuat lantaran warga sekitar tempat tinggalnya, menolak mensalatkan jenazah nenek 78 tahun itu pada 10 Maret lalu. Hal itu lantaran Hindun mencoblos pasangan Ahok - Djarot pada Pilkada DKI putaran pertama.

Nenek Hindun yang tinggal di Jalan Karet Raya II, Setiabudi, Jakarta Selatan itu, dianggap masyarakat setempat sebagai pendukung penista agama, sehingga dicap kafir dan jenazahnya tidak boleh disalatkan.

Saat meninggal, jenazah Nenek Hindun tidak disalatkan di musala. Sang ustaz beralasan tidak ada orang yang mensalatkan jenazah almarhumah. Selain itu, tak ada pria di keluarganya karena empat anak nenek Hindun semuanya janda, setelah suami mereka meninggal. Jenazah nenek Hindun pun disalatkan di rumah.

Sebelum Nenek Hindun meninggal, sebuah spanduk penolakan salat jenazah pendukung penista agama terpampang di depan rumah sang Ustaz.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya