Mengenal Bigorexia, Obsesi untuk Memiliki Tubuh Kekar

Memiliki tubuh kekar memang jadi keinginan banyak orang, tapi kalau sampai terobsesi, bisa jadi mengalami bigorexia.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Mar 2017, 11:00 WIB
Memiliki tubuh kekar memang jadi keinginan banyak orang, tapi kalau sampai terobsesi, bisa jadi mengalami bigorexia.

Liputan6.com, Jakarta Mempunyai otot besar, tubuh kekar dengan dada bidang, mungkin akan sangat menarik dan terlihat kuat. Walaupun bentuk tubuh sudah proporsional, masih banyak pria berpikir bahwa mereka belum mendapatkan tubuh yang mereka inginkan, sehingga terobsesi dengan bentuk tubuh yang sempurna.

Inilah yang disebut dengan bigorexia, hampir mirip seperti anoreksia namun kebalikannya. Melansir dari BBC, Senin (13/3/2017) penyebab dari bigorexia bisa bermacam-macam, seperti keinginan untuk tampil lebih sukses, kuat dan bahkan menarik.

"Kita melihat adanya tekanan yang meningkat terhadap pria untuk terlihat berotot, membentuk V shape, dan juga memiliki six pack," ungkap Rob Willson, Kepala dari Body Dysmorphic Disorder Foundation.

Dikutip dari NHS states, gejala terobsesi pada tubuh kekar ini bisa karena kelainan gen ataupun karena ketidak seimbangan proses kimia yang terjadi dalam otak. Pengalaman hidup juga bisa menjadi pengaruh, bigorexia sering kali terjadi terhadap beberapa orang yang sering dianiyaya serta mengalami kekerasan ketika di usia remaja atau anak-anak.

Tanda-tanda bigorexia bisa dilihat dari bagaimana seseorang terlalu berlebihan dan keras dalam berlatih di gym, terlalu berlebihan melihat tubuh di cermin, terlalu banyak mengonsumsi suplemen dan minuman protein, merasa panik ketika melewati sesi atau jadwal gym, serta memprioritaskan latihan tubuh daripada keluarga dan kehidupan sosial. Bagi penderita bigorexia tentu saja hal ini sangat dapat terganggu,

"Aku terlalu banyak mengkritik diriku sendiri sehingga aku selalu berpikir tidak ada yang benar. Beberapa bulan yang lalu ketika melihat di cermin aku cukup merasa geli dengan diriku sendiri," ujar Pradeep Bala (25) salah satu penderita bigorexia.

Menurut Willson Gejala seperti ini sebenarnya sering terjadi hanya saja kesadaran orang akan bigorexia masih belum diketahui oleh banyakan orang. "Parahnya terkadang sesorang bisa menjadi sangat depresi dan putus asa sampai akhirya dapat berujung pada bunuh diri," tutur Willson. (Aida Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya