Liputan6.com, Jakarta Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta dihuni mayoritas warga yang berada di bawah garis kemiskinan. Sebagian besar lahan di wilayah ini terisi area pertanian seperti sawah dan kebun berkarakteristik tadah hujan atau yang hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairannya.
Denyut kehidupan warga bergantung pada alam dengan menjadi petani, tepatnya buruh tani penggarap sawah. Status lahannya dimiliki oleh pemerintah, pihak swasta dan sebagian perorangan. Penghasilan mereka diperoleh dari hasil kerja mereka selama menggarap sawah. Itupun jumlahnya sangat kecil dan tidak menentu.
Advertisement
Salah satu warga yang menguni desa ini adalah Suratinah, perempuan berusia 58 tahun. Kehidupan ibu 5 anak ini sungguh miris. Sebagai buruh tani, ia harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.
Tim Rumah Yatim Jogja, Arifin menghampiri perempuan ini saat dia sedang memasak. Suratinah tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari bambu. Rumah itu sudah tampak reyot. Jika ada angin kencang, rumah ini akan miring dan roboh menimpa penghuninya.
Arifin penasaran, memperhatikan apa yang dimasak perempuan paruh baya ini. Hari itu Suratinah hanya memasak dedaunan yang diambil dari kebon di sekitar rumahnya seperti daun papaya, daun singkong. Tak ada lauk lainnya.
Suaminya yang juga petani tak mampu mampu membeli lauk pauk yang lebih bergizi buat kelima anaknya.
Rumah Yatim memberikan santunan sembako kepada 130 kepala keluarga (KK) di desa Banyusoco termasuk kepada ibu Suratinah.
Penulis:
Sinta Guslia
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6