Liputan6.com, Jakarta Pasien batu ginjal sering kali datang memeriksakan kondisi ketika batu ginjalnya sudah tak kecil lagi. Rupanya hal ini terjadi lantaran pasien mengabaikan rasa sakit yang hilang timbul di bagian pinggang.
Marto Sugiono, dokter spesialis urologi dari Siloam Hospital Kebon Jeruk (SHKJ) menjelaskan, terjadinya batu ginjal akibat zat sisa berlebih seperti kalsium dan asam urat dalam urine menjadi endapan kristal yang menumpuk dan mengeras.
Advertisement
Marto menceritakan, pada kasus batu ginjal, kebanyakan pasien menganggap enteng rasa sakit di bagian pinggang. Padahal, nyeri pinggang yang hilang timbul disertai dengan anyang-anyangan dan warna urine yang keruh dan kemerahan merupakan gejala dari batu ginjal.
"Sering saya temukan--khususnya orang-orang yang kerja di sawah--dia bekerja keras dan kurang minum air putih. Belum lagi kerjanya di bawah sinar matahari. Dia angkat beban berat setiap hari, dipikir nyeri pinggang biasa, padahal pas dicek batunya sudah besar-besar," kata Marto dalam media gathering Tindakan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy, Atasi Batu Ginjal Tanpa Operasi di Gedung Siloam Hospital Kebon Jeruk, Selasa (14/3/2017).
Gejala batu ginjal umumnya muncul rasa pegal atau nyeri pinggang dan gangguan berkemih seperti anyang-anyangan, urine keruh, dan berdarah. Kurangnya asupan cairan, tinggal dan bekerja di daerah panas, asupan kalsium atau garam yang berlebihan, kurang bergerak, obesitas, asam urat, dan riwayat batu ginjal sebelumnya juga menjadi faktor yang meningkatkan risiko batu ginjal.
"Setidaknya, untuk mencegah terjadinya batu ginjal, kita harus memeriksakan urine lengkap setahun sekali," ucap Marto.