Mobil dan Kembang 7 Rupa Tiba-tiba Muncul dari Laut Jawa

Setelah berhasil ditarik ke permukaan, tiba-tiba sebuah sepeda motor juga ditemukan tak jauh dari lokasi mobil itu dievakuasi.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 14 Mar 2017, 19:02 WIB
Setelah berhasil ditarik ke permukaan, tiba-tiba sebuah sepeda motor juga ditemukan tak jauh dari lokasi mobil itu dievakuasi. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho).

Liputan6.com, Batang - Sejak lima hari belakangan ini, kejadian misterius dan berbau mistis menggegerkan warga pesisir Pelabuhan Batang, Jawa Tengah. Sejak Jumat malam 10 Maret 2017 lalu hingga kini, kejadian misterius itu masih menjadi perbincangan publik dan belum terjawab.

Kejadian berbau mistis itu bermula pada hari Jumat malam lalu sekitar pukul 20.00 WIB. Sejumlah warga saat itu sedang memancing di bantaran sungai Sambong, Kelurahan Karangasem Utara, Kabupaten Batang. Mereka tiba-tiba melihat onggokan benda asing terapung di permukaan air.

Setelah didekati, onggokan benda asing itu ternyata bangkai sebuah mobil. Seketika, sejumlah warga yang saat itu berada di lokasi sempat heboh dan berusaha untuk memastikan jika di dalam mobil tidak ada penumpang.

Temuan itu pun lantas dilaporkan ke aparat Kepolisian Sektor Batang untuk segera ditindak lanjuti dan mengevakuasi mobil tersebut.

Informasi sebuah mobil yang terapung di sungai Sombang cepat menyebar dari mulut ke mulut. Hingga akhirnya ratusan warga berduyun-duyun mendatangi lokasi untuk melihat dan mengetahui lebih detil soal kejadian misterius itu.

Baru keesokan harinya, Sabtu pagi 11 Maret 2017 sekitar pukul 09.00 WIB sejumlah anggota Pol Air Polres Batang dibantu warga mengevakuasi mobil yang sudah terbawa arus Sungai Sombang hingga ke muara Laut Jawa tersebut.

Dibutuhkan waktu sekitar dua jam, mobil yang terapung di muara itu berhasil dievakuasi menggunakan alat berat. Setelah berhasil ditarik ke permukaan, tiba-tiba sebuah sepeda motor juga ditemukan tak jauh dari lokasi mobil itu dievakuasi. Motor itu pun turut dievakuasi dan diamankan di tepian muara.

Setelah diidentifikasi oleh kepolisian, mobil dan sepeda motor yang tergolong baru itu kondisinya masih lumayan bagus. Hanya di beberapa bagian body saja mengalami lecet.

Detil kedua kendaraan bermotor itu, yakni mobil Honda Brio Satya bewarna hitam dengan nopol L-1553-TB dan sepeda motor Yamaha Mio Soul berwarna hitam H-5478- KS. Jika dilihat dari plat nomornya, usia kedua kendaraan itu belum genap satu tahun.

Dari hasil pemeriksaan terhadap kedua kendaraan itu ditemukan sejumlah keanehan. Pasalnya, selain tanpa pemilik, di sekitar mobil jenis sedan ini juga bertebaran bunga tujuh rupa.

Kedua kendaraan kini sudah diamankan oleh jajaran Polres Batang. Kabag Ops Polres Batang, Kompol Hartono mengatakan, hingga kini belum ada warga yang melaporkan kehilangan dua kendaraan mobil dan sepeda motor yang ditemukan di muara sungai Sombang tersebut.

"Belum ada laporan kehilangan dua kendaraan itu, kami juga masih terus melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait siapa pemilik sebenarnya," ucap Hartono, Selasa (14/3/2017).

Saat ini, kata dia, pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait motif pembuangan dua kendaraan itu ke Sungai Sombang. Sebab, Selain ditemukan ada unsur kesengajaan, tak ada informasi soal kecelakaan di sekitar lokasi penemuan. Sehingga diharapkan dari penyelidikan ini dapat terkuat kejadian misterius ini.

"Barang bukti sudah kami amankan. Tapi dugaan awal berdasarkan hasil pemeriksaan kendaraan ini ada unsur kesengajaan dibuang oleh pemiliknya. Kami masih telusuri siapa pemiliknya melalui informasi nomor platnya," ujar dia.


Tumbal untuk Penguasa Laut Utara?

Banyak warga meyakini dua kendaraan ini sengaja dibuang pemiliknya sebagai tumbal untuk Penguasa Laut Jawa (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho).

Penemuan kedua kendaraan itu menjadi perbincangan masyarakat setempat. Dari penuturan warga setempat dan informasi yang diterima Liputan6.com, misteri mobil dan sepeda motor baru yang ditemukan di muara Sungai Sombang itu terjawab.

Kedua kendaraan itu sengaja dibuang bagi pemiliknya sebagai tumbal atau seserahan sebagai ucapan terima kasih kepada Dewi Lanjar, sosok mitos yang diyakini sebagian orang sebagai penguasa Laut Jawa.

Masyarakat pesisir Pantura Batang sendiri memang masih meyakini tentang sang penguasa Laut Jawa, dalam hal ini Dewi Lanjar, yang menginginkan tumbal setiap tahunnya. Tumbal itu agar perekonomian daerah setempat lancar. Masyarakat memercayai, kalau keraton Dewi Lanjar berada di Pantai Pekalongan sebelah Sungai Slamaran.

"Warga meyakini itu (mobil dan motor) memang sengaja dibuang di Sungai Sombang hingga ke muara laut sebagai tumbal Penguasa Laut Jawa. Tapi biasanya kalau kasih seserahan atau tumbal itu nggak pakai barang kaya gitu, biasanya kepala kerbau," ucap Slamet (52) warga Pesisir Batang.

Ia menambahkan, keyakinan kedua kendaraan yang sengaja dibuang ke sungai Sombang itu sebagai tumbal karena di dalam mobil dan di sekitarnya ada kembang tujuh rupa yang tampaknya sengaja ditebarkan oleh pemiliknya.

"Ada bunga-bunga tujuh rupa juga yang ditemukan di dalam mobil itu. Jadi kan lebih mempertegas lagi kalau dua kendaraan itu sengaja dibuang. Tapi sayang juga mobil dan motor yang dibuang itu, masih baru sudah dibuang ke laut," ujar dia.

Bahkan, kata dia, karena penasaran banyak warga Batang dan sekitarnya mendatangi kantor Pol Air Batang untuk melihat langsung kedua kendaraan yang disebut-sebut sebagai tumbal Dewi Lanjar.

"Sampai sekarang saja masih banyak warga yang datang untuk melihat mobil dan sepeda motor itu. Ya mungkin mereka penasaran, karena awalnya saya juga begitu sih," ujar dia.


Kisah Dewi Lanjar

Mobil dan Motor yang tiba-tiba muncul dari dalam laut dibuang pemiliknya sebagai tumbal Penguasa Laut Jawa

Sebagai informasi, sejumlah masyarakat tanah Jawa, khususnya pesisir Pantura pasti kenal dengan ratu siluman penguasa Laut Utara, Dewi Lanjar. Hingga sekarang namanya masih melegenda dan berpengaruh, terutama di wilayah Pekalongan, Batang sampai ke Banjarnegara.

Konon, menurut cerita rakyat yang tidak tentu kebenarannya, Dewi Lanjar semula bernama Dewi Rara Kuning yang ditinggal mati suaminya ketika masih menjadi pengantin baru. Dari situ Dewi Rara dinamakan Dewi Lanjar--lanjar berarti janda kembang--.

Karena hidupnya merana, ia memutuskan untuk pergi ke selatan menghadap dan memohon Ratu Kidul sebagai penguasa Pantai Selatan dengan cara bertapa hingga raganya moksa (lenyap).

Pada suatu hari ruh Dewi Lanjar bersama jin-jin diperintahkan untuk mengganggu dan mencegah Raden Bahu yang sedang membuka hutan Gambiren--kini letaknya di sekitar Jembatan Anim, Pekalongan dan Desa Sorogenen.

Akan tetapi, karena kesaktian Raden Bahu, semua godaan Dewi Lanjar dan jin-jin dapat dimentahkan. Bahkan Dewi Lanjar dan pasukannya tunduk kepada Raden Bahu.

Karena Dewi Lanjar gagal maka memutuskan tidak kembali ke Pantai Selatan. Dia pun memohon izin kepada Raden Bahu untuk dapat bertempat tinggal dan mendirikan istana siluman di Pekalongan dengan pengawal dua wanita cantik bernama Sri Lorensa dan Sri Lopaka.

Konon letak keraton Dewi Lanjar berada di Pantai Pekalongan sebelah Sungai Slamaran. Suasana keraton disebut-sebut hampir mirip dengan kehidupan alam manusia di dunia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya