Liputan6.com, Jakarta Rasio kanker kolorektal sudah menurun pada lansia, namun sayangnya, kabar baik ini diiringi dengan kabar buruk. Ada peningkatan drastis penderita kanker ini pada orang muda, termasuk mereka yang masih berusia 20-an.
Dibandingkan dengan orang-orang yang lahir di tahun 1950-an--saat risiko kanker kolorektal paling rendah--mereka yang lahir pada tahun 1990-an memiliki risiko dua kali lipat menderita kanker kolon dan empat kali lipat menderita kanker rektum.
Advertisement
Hal tersebut diungkapkan sebuah studi baru dari American Cancer Society (ACS), melansir Men's Health, Rabu (15/3/2017).
Bahkan, tiga dari 10 kanker kolorektal yang didiagnosis adalah pada pasien yang berusia di bawah 55 tahun. Dan hal ini adalah masalah. Karena skrining kanker kolorektal tidak direkomendasikan sampai Anda mencapai usia 50 tahun.
Memang, mayoritas kanker kolorektal yang terjadi masih pada kelompok usia di atas 50 tahun, dan hanya 10 persen ditemukan pada mereka yang lebih muda. Namun rasio pada kelompok usia yang lebih muda tadi meningkat secara drastis, menurut penulis utama penelitian tadi, Rebecca Siegel, M.P.H, seorang epidemiologist dari ACS.
Alasan hal ini bisa terjadi masih belum jelas, namun Siegel menyiratkan, faktor perilaku bisa jadi salah satu penyebabnya.
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terkena kanker kolon adalah: berat badan berlebihan, pola hidup sedentary, konsumsi daging merah yang tinggi, dan konsumsi buah, sayur, dan produk susu yang rendah.
Faktor di atas juga adalah penyebab dari kenaikan berat badan, jadi tidaklah mengejutkan bahwa peningkatan kanker kolon sejalan dengan epidemis obesitas.
Walau studi tadi menemukan peningkatakan rasio kanker kolon pada kelompok berusia muda mengkhawatirkan, hal ini rupanya masih belum cukup untuk mengubah panduan skrining tahunan.
Sementara itu, Siegel mendorong orang-orang untuk mengenali simtom kanker kolon dan rektal, seperti: darah pada tinja atau rektum, kram, dan perubahan pola buang air besar yang bertahan selama beberapa hari.