Liputan6.com, Jakarta West Morgan, bertubuh bongsor, menempati posisi bertahan di skuat Leicester City. Namun keputusannya maju membantu lini depan The Foxes saat bertemu Sevilla di King Power Stadium, Rabu dinihari WIB (15/3/2017), terbilang tepat. Sontekan kakinya memanfaatkan umpan tendangan bebas Riyad Mahrez pada menit ke-27 sukses mengarahkan bola ke gawang lawan.
Kegembiraan terpancar di wajah Mogran saat merayakan gol. Kerja kerasnya tidak sia-sia karena pada menit ke-54, Leicester City kembali menambah gol lewat Marc Albrighton.
Dendam terbalaskan. Kemenangan 2-0 membawa Leicester ke babak 8 besar setelah di leg sebelumnya sempat kalah 1-2 di kandang Sevilla. Si Rubah pun melaju dengan agregat 3-2.
Baca Juga
Advertisement
Ini momen bersejarah bagi Leicester yang baru pertama kali tampil di Liga Champions. Sedangkan Morgan menjadi pemain Jamaika pertama yang mencetak gol di turnamen antarklub Benua Biru itu.
Morgan sebenarnya lahir di Nottingham, Inggris, 21 Januari 1984. Meski demikian, dia memutuskan membela timnas Jamaika dan menjalni debutnya bersama Reggae Boyz sejak 2013 lalu. Morgan ikut tampil di Copa Amerika 2015 yang berlangsung di Chile dan merasakan kalah 0-1 dari Argentina.
Kuliah Jurusan Bisnis
Meski lahir di tanah kelahiran Sepak Bola, bukan berarti Morgan mudah mewujudkan mimpinya. Sebaliknya, Morgan sempat ditolak oleh Notts County yang bertetangga dengan Nottingham.
Saat itu usianya masih 15 tahun. Dia kemudian memutuskan masuk kuliah jurusan bisnis South Notts College sembari tetap bermain bola dan bergabung dengan klub amatir Dunkirk FC. Di klub ini, bakatnya mulai tercium. Berposisi sebagai pemain tengah, Morgan menjadi andalan klub.
Nottingham Forest jatuh hati kepada Morgan. Namun karena masih kuliah, Morgan pun dikontrak sebagai pemain magang. Tidak ada uang transfer. Dunkirk hanya meminta beberapa peralatan latihan sebagai tukar guling atas Morgan, dan itu sudah lebih dari cukup bagi mereka.
Kepindahan Morgan ke Nottingham menjadi inspirasi bagi banyak pemain muda di Dunkirk. Dia menjadi panutan bagi anak-anak agar tidak menyerah kepada nasib. Saat memperkuat Nottingham maupun Leicester, Morgan masih sering berkunjung ke markas Dunkirk. Bahkan kostum Nottingham dan Leicester yang dikenakan Morgan masih dipajang di dinding kantor.
Sebagai jebolan kampus bisnis, Morgan tidak hanya menggantungkan hidupnya dari sepak bola. Dia menerapkan ilmunya lewat bisnis tato. Bersama rekannya, dia mendirikan rumah tato, Blue ink.
Kegendutan
Petualangan Morgan bersama Nottingham berlangsung sejak 2002 hingga 2012. Namun bukan perkara mudah baginya menyesuakan kehidupan sebagai pemain profesional. Bahkan hal pertama yang diminta manajer Nottingham kala itu, Paul Hart, adalah menurunkan berat badannya karena pola makan yang tidak teratur saat masih memperkuat tim amatir.
Dia sampai harus dititipkan kepada seorang pelatih di sana. Lewat perjuangan keras Morgan akhirnya menurunkan berat badan dan beradaptasi dengan kehidupan pemain profesional.
Morgan Sempat dipinjamkan ke Kidderminster Harriers pada tahun 2003. Namun setelah kembali, dia menjadi andalan lini pertahanan Nottingham sampai akhirnya pindah ke Leicester 2012 lalu.
Bersama Nottingham, Morgan tampil sebanyak 402 laga dengan 14 gol.
Empat tahun memperkuat The Foxes, Morgan akihrnya merasakan trofi Premier League pertamanya. Kini, Morgan siap mengejar mimpi yang lain yakni trof Liga Champions 2016-17.