Liputan6.com, Jakarta Antara tumor dan kanker sering sekali disamakan oleh banyak orang awam. Padahal, meski tumor dapat menjadi kanker, tidak lantas keduanya sama.
Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Prof Dr dr Arry Harryanto Reksodiputro SpPD-KHOM, menjelaskan, kanker merupakan penyakit sistematis (penyakit yang memengaruhi seluruh tubuh), bukan sekadar benjolan saja dan memiliki banyak gejala.
Baca Juga
Advertisement
"Perbedaan lainnya, kanker tumbuh terus menerus tidak bisa dikendalikan. Kedua, kanker dapat menjalar ke tempat lain, dan yang ketiga dapat mengeluarkan racun," kata Prof Arry dalam Forum Edukasi Media Bersama Roche pada Rabu (16/3/2017)
Ketika kanker mulai menggoroti tubuh, lanjut Prof Arry, orang tersebut akan merasakan demam, hingga berat badan turun drastis. Tak jarang sampai kurus sekali. "Kurusnya itu bukan karena sel kanker, melainkan racun dari sel kanker yang dapat merusak protein dalam otot menjadi cair," kata Prof Arry menambahkan.
Pasien pun rentan mengalami infeksi karena tahan tubuh yang rendah akibat efek mual yang membuatnya tak napsu makan. Kanker pun dapat tumbuh dan menyerang jaringan di dekatnya, bahkan ke seluruh tubuh.
"Jika menyebar ke seluruh tubuh dampaknya akan sangat berbahaya dan mematikan," kata dia.
Kanker sendiri jauh berbahaya daripada tumor. Oleh karena itu, menurut Prof Arry kanker harus bisa dihilangkan sampai nol untuk dapat benar-benar sembuh.
"Jika tidak sampai benar-benar nol atau sampai bersih, untuk lima tahun ke depan sel kanker akan kambuh kembali," kata dia.
"Untuk satu sel kanker dalam waktu lima tahun dapat menjadi manifes," katanya menerangkan.
Perbedaan lain antara tumor dan kanker terletak pada jenis pengobatannya. Prof Arry menjelaskan, kanker membutuhkan pengobatan yang lama, seperti pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.
Sedangkan tumor, terlebih tumor jinak, hanya dilakukan operasi pengangkatan yang lebih mudah dibanding kanker.
(Reporter: Aida Tifany)