Liputan6.com, Jakarta Manajer Manchester United (MU), Jose Mourinho, dicap Judas atau penghianat oleh suporter Chelsea. Teriakan menyakitkan itu berkumandang terus-menerus saat MU ke Stamford Bridge, pada perempat final Piala FA.
Trofi yang pernah dipersembahkan Mourinho kepada The Blues seakan tiada artinya. Api emosi yang membakar para pendukung Chelsea membutakan. Perasaan pedih setelah Mourinho memuji suporter MU--klub yang ditanganinya saat ini--membuat True Blue tidak bisa mengendalikan diri.
Baca Juga
Advertisement
Insiden ini terjadi Senin (13/3) malam waktu setempat. Manajer paling sukses Chelsea dalam sejarah, Jose Mourinho, kembali ke Stamford Bridge untuk menghadapi perempat final Piala FA. Namun, dia kini berseragam Manchester United.
Teriakan "Judas Judas" terdengar di seantero Stamford Bridge dari para penggemar The Blues yang memusuhi Mourinho. Tanggapan dari Mourinho adalah tanda tiga jari sederhana yang menunjukkan jumlah gelar Liga The Special One yang telah diraihnya di klub London Barat itu.
Chelsea memang memenangkan pertandingan dan melaju ke semifinal Piala FA. Tapi manajer asal Portugal ini tidak terlalu peduli dengan kebencian yang datang. Dia bahkan memanaskan suasana lewat komentar yang dilontarkannya pada jumpa pers usai pertandingan.
"Mereka dapat menyebut saya apa saja, yang mereka suka," ujar Mourinho, tenang. "Tapi, sampai ada pelatih lain yang bisa memberikan Chelsea empat gelar Liga Inggris, saya masih nomor satu."
Insiden ini bukan yang pertama. Mourinho juga bukan manajer pertama yang dicap sebagai Judas oleh suporter. Berikut ini merupakan 4 manajer yang pernah merasakan pahitnya dicap Judas oleh suporter:
4. Brian Clough - Leeds United
Bertugas selama 44 hari sebagai manajer Leeds United pada 1974, Brian Clogh memilih hijrah ke Nottingham Forest. Keberhasilannya bersama Nottingham Forest membuatnya sangat dibenci oleh suporter Leeds United.
Nama Clough memang mencuat setelah membawa Nottingham menjuarai Liga Champions dua kali berturut-turut pada musim 1978/79 dan 1979/80. Keberhasilan tersebut menjadi semakin istimewa karena Nottingham baru saja promosi ke divisi pertama Liga Inggris pada musim 1977/78.
Setelah tiga tahun, Clough akhirnya kembali ke Elland Roud, markas Leeds. Sepanjang laga terdengar cacian yang memaki si manajer.
Advertisement
4. Harry Redknapp - Portsmouth
Jika Anda memiliki karier manajerial yang panjang, dan menangani sejumlah klub, maka Anda akan jadi sasaran kekesalan fans ketika kembali ke markas sebelumnya. Ya hal inilah yang dirasakan Harry Redknapp.
Pada 2004 lalu, mantan manajer Tottenham Hotspur itu meninggalkan Portsmouth dan pergi untuk mengelola rival paling dibenci, Southampton. Setelah kembali ke Fratton Park teriakan judas menggema seantero stadion.
Anehnya, pada bulan Desember 2005, Redknapp meninggalkan Southampton untuk kembali ke Portsmouth. Kali ini dia memimpin The Pompey untuk Piala FA dan justru cercaan itu berbalik jadi pujian.
3. Sam Allardyce - Newcastle United
Sam Allardyce bisa dikategori sama seperti Harry Redknapp. Dia telah berhasil sejumlah klub dan telah lama menangani klub di Liga Inggris.
Pada Mei 2007 Allardyce ditunjuk sebagai manajer di Newcastle dengan kontrak tiga tahun. Pada Januari 2008, mantan bos Inggris ini dipecat.
Lantas pada Maret 2016 'Big Sam' bertandang di St James' Park dengan seragam rival, Sunderland.
Kedua tim tengah berjuang dari degradasi. Namun yang lebih panas adalah teriakan fans Newcastle yang mencaci Allardyce sebagai penghianat. Namun, Big Sam mengatasinya dan akhirnya The Magpies degradasi.
Advertisement
2. Alan Pardew - Newcastle United
Fans Newcastle sepertinya kerap tak menghargai mantan manajernya. Setelah Big Sam, Pardew juga jadi korban cemoohan fans di St James' Park.
Pardew bergabung dengan Newcastle United pada 2010. Dia sempat dinobatkan sebagai Manajer of the Year setelah memimpin klub finis di posisi ke-5 di Liga Inggris. Namun pada musim 2013-14, dia malah dipecat. Manajemen menganggapnya sebagai biang keladi keterpurukan The Magpies.
Namun April 2016, Pardew kembali ke St James Park sebagai lawan yang tengah berjuang lepas dari degradasi. Sekali lagi 'Toon Army' memusatkan perhatian mereka pada mantan manajer mereka sepanjang pertandingan. Seperti Allardyce, pasukan Pardew juga berhasil memenangkan laga ini.
I. Eka Setiawan