Liputan6.com, Jakarta Kisah cinta si cantik dan buruk rupa alias Beauty and the Beast ternyata terinspirasi dari pasangan yang hidup di dunia nyata. Dialah Catherine, seorang wanita cantik yang jatuh cinta dengan si buruk rupa, Petrus Gonsalvus.
Pada abad ke-16, ketika dunia medis belum banyak berkembang, banyak yang tidak mengetahui penyebab seseorang mengalami kelainan langka. Inilah yang dialami Petrus, seperti dilansir laman Mirror, Jumat (17/3/2017).
Advertisement
Petrus lahir dengan nama asli Pedro Gonzalez di Tenerife pada 1537. Ia lahir dengan kondisi--yang kita kenal kini--sebagai hipertrikosis, atau sindrom Ambras, yang memicu pertumbuhan rambut di seluruh tubuh.
Mutasi genetik yang langka ini juga disebut "sindrom manusia serigala" dan hanya ada 50 kasus yang tercatat sejak Abad Pertengahan. Petrus ini menjadi orang pertama yang tercatat mengalaminya.
Sedikit yang tahu mengenai keluarganya tapi penampilannya memicu ketakutan semua orang. Dengan rupa menyeramkan, ditambah tubuhnya yang besar membuat ia terlihat seperti raksasa. Dalam mitosnya, ia bahkan bisa menelan bayi hidup-hidup. Ia terkenal kejam, mengerikan, dan menjijikkan. Siapapun takut padanya.
Tapi sejarawan menyebut, meski Petrus menyeramkan, ia juga menjadi simbol status bangsawan. Kala ia berusia 10 tahun, ia ditangkap dan dibawa ke Prancis sebagai hadiah penobatan untuk Henry II dan Ratu Catherine de Medici.
Saat itu, dokter dan para sarjana mendorongnya untuk melihat apakah ia akan mengaum. Tapi Petrus menunjukkan reaksi mengejutkan. Ia membisikkan namanya. Akhirnya, ia ditahan di penjara untuk dites lebih lanjut.
Para tetua dan ahli agama melaporkan kalau Petrus atau yang dijuluki "Wildman" ini tidak menunjukkan tanda-tanda agresi atau kekuatan magis. Jadi Henry memutuskan untuk melakukan percobaan.
Ia memberikan Petrus pakaian yang bagus dan pendidikan. Henry ingin melihat apakah makhluk yang ada di dekatnya itu bisa buas seperti binatang pada umumnya.
Di sisi lain, Petrus terkenal cepat belajar. Ia pun menguasai tiga bahasa. Ia sering tampil di depan publik dan bangsawan asing. Para seniman juga berbondong-bondong ingin melukis dirinya.
Sejarawan Italia, Roberto Zapperi, yang menulis sebuah buku tentang Petrus, mengatakan, Petrus adalah seorang bangsawan. Dan seseorang yang hidup dengan aturan-aturan ini harus menikah. Tantangannya adalah menemukan seorang wanita yang siap untuk menikahi seorang pria yang rupanya seperti binatang.
Pada 1559, raja tewas dalam pertandingan jousting. Ia digantikan oleh istrinya, Catherine. Ketika itu, Catherine tidak menolak pinangan Petrus.
Apa yang terjadi pada hari pernikahan mereka mencengangkan pengadilan. Tidak ada ketakutan di raut wajah Catherine. Ia hanya mengaku yakin, Petrus adalah pria baik.
Catherine kemudian memiliki dua orang putra, Paolo dan Ercole, yang tidak mewarisi kondisi ayah mereka. Tapi dua berikutnya, Enrico dan Orazio serta tiga anak perempuannya, Maddalena, Francesca dan Antoinetta--semuanya memiliki hipertrikosis.
Keluarga itu menjadi sensasi internasional. Mereka menetap di Spanyol di bawah perlindungan Duke of Parma.
Zapperi menjelaskan kalau ketika itu, mereka tidak ditangkap dan justru dilayani dengan sangat baik. Petrus telah terbukti sebagai pria yang penuh perhatian, suami yang penuh kasih dan ayah setia.
Tapi tampaknya kehidupan nyata mungkin tidak memiliki happy ending seperti dongeng Beauty and the Beast. Meski dia dan istrinya Catherine hidup selama 45 tahun, di akhir hayatnya, Petrus tidak boleh dimakamkan di tempat yang layak. "Bahkan pada akhirnya, Petrus dipandang sebagai binatang," ungkap Zapperi.
Kisah ini kemudian menginspirasi seorang penulis Prancis Gabrielle-Suzanne de Villeneuve. Ia menulis La Belle et la Bete pada 1740 yang digubah menjadi Beauty and the Beast oleh Disney.
Kini, jutaan anak muda mungkin akan menonton Emma Watson dan Dan Stevens untuk kisah Disney adaptasi terbaru ini. Namun Anda perlu tahu, kisah nyata Petrus dan Catherine benar-benar membuktikan moral cerita bahwa bahwa kecantikan dan keburukan tak bisa terlihat dari kulit luarnya saja.