Liputan6.com, Jakarta Sorotan kamera, riuh sambutan penggemar, serta kelap-kelip lampu di panggung konser tur musik, tak selalu membuat Selena Gomez bahagia. Setahun lalu saat menjalani tur Revival, Selena mengalami depresi dan kecemasan parah. Kondisi tersebut membuatnya harus menunda konser tersebut.
Penundaan tur Revival harus dilakukan karena Selena Gomez memerlukan terapi untuk mengatasi kecemasan dan depresi saat menjalani tur tersebut. Kepada majalah Vogue edisi April, mantan kekasih Justin Bieber ini buka suara tentang serangan panik saat menjalani tur musik.
Advertisement
"Tur adalah sebuah tempat yang membuatku merasa amat kesepian," cerita Selena kepada Vogue.
"Kepercayaan diriku serasa langsung merosot. Aku merasa tertekan dan cemas. Lalu, aku mulai mengalami serangan panik tepat sebelum naik panggung, atau sesudah turun panggung," katanya.
"Pada dasarnya, aku merasa tidak cukup baik, tidak mampu memberikan yang terbaik bagi penggemarku," ujar Selena dikutip dari situs Glamour, Sabtu (18/3/2017).
Selena pun langsung mencari pertolongan ke psikiater di Tennessee, Amerika Serikat. Lalu, dia mendapat beragam terapi baik individu dan kelompok. Selama 90 hari Selena mendapat perawatan.
"Itu adalah masa yang paling sulit yang pernah kulalui, tapi juga hal terbaik yang pernah kulewati," ceritanya.
Selena masih melanjutkan terapi. Dalam seminggu, ia lima kali menemui terapis. Salah satu terapi yang dilakukannya adalah dialectical behavior therapy (DBT).
Ini merupakan sebuah bentuk perawatan untuk meningkatkan kemampuannya berkomunikasi, mengatur emosi, serta mempelajari konsep mindfulness.
Kepada Vogue, Selena juga berbicara bahwa wanita juga boleh untuk merasa 'di bawah'. Tidak selalu menjadi sosok yang kuat.
"Kami para wanita selalu diajarkan untuk selalu tangguh dan kuat juga rileks. Namun, biarkan kami juga merasa terpuruk," katanya.