Liputan6.com, Jakarta DKI Jakarta terus melakukan pembangunan, dalam proses pembangunannya, Jakarta tentu masih menghadapi berbagai macam pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pekerjaan rumah tersebut salah satunya yakni
menyempurnakan konsep Smart City.
Smart city merupakan konsep pembangunan kota Jakarta yang dicanangkan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat. Tujuan konsep Smart City adalah, menjadikan Jakarta sebagai kota pintar berbasis teknologi. Dengan begitu Jakarta akan memberi manfaat bagi seluruh warganya demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Konsep Smart City di Jakarta dibuat berdasarkan enam pilar, yaitu smart governance, smart people, smart living, smart mobility, smart economy dan smart environment.
Advertisement
Tidak dapat dipungkiri bahwa kota Jakarta merupakan etalase negara, dengan tingkat penghasilan per kapita tertinggi di Indonesia. Sehingga, Jakarta merupakan provinsi yang dijadikan tolak ukur untuk kemajuan dan berkembangnya kehidupan masyarakat Indonesia.
Ahok dan Djarot berhasil membangun Command Center pada masa kepemimpinan mereka. Command Center sejauh ini telah berfungsi untuk melakukan tracking petugas, tracking laporan masyarakat, tracking busway, mengontrol aset Pemda, serta percepatan penanganan laporan warga melalui aplikasi Qlue.
Ahok mengungkapkan, Smart City akan membuat segala sesuatu menjadi lebih transparan dan sederhana, sehingga membuat hidup warga Jakarta lebih mudah dan baik. “bagi kami bukan hanya command center.. bukan
hanya teknologi, tapi adalah kegunaan buat orang karena segala sesuatu jadi lebih sederhana, lebih mudah, dan tentu saja membuat semua data lebih transparan. Ini akan membuat orang hidup lebih baik,” Ucap Ahok.
Diakui Ahok, program Smart City akan banyak memberi manfaat, baik secara spiritual, maupun materil. Ahok juga mendorong anak-anak muda bisa berkontribusi bagi kemajuan Jakarta, dengan begitu para generasi muda akan dapat meraih keuntungan.
"DKI itu open source, kita mau dorong nih anak-anak muda untuk menciptakan aplikasi. Kalau ini bisa ramai, dijual, jadi jutawan mereka. Jual aplikasi bisa jadi miliuner mereka. Nah, itu juga satu cara mendorong orang-orang mendapatkan usaha yang baik dengan menggandeng DKI," ujarnya.
Selain mengandalkan teknologi yang dapat dipakai semua golongan masyarakat dari beragam kalangan, warga kelas bawah di DKI Jakarta juga akan diprioritaskan untuk mengenal sarana, prasarana dan alat-alat berbasis teknologi yang disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Anggota Komisi II DPR RI Budiman Sudjatmiko mengingatkan, seharusnya Jakarta tidak hanya sekedar “smart“. Saat ini Jakarta perlu mengkolaborasikan konsep smart city dan social city atau smart social city.
Smart social city adalah sebuah kota yang tidak hanya menerapkan efisiensi dengan mengedukasi warganya agar selain cerdas, juga mampu bersifat sosial. Konsep kota seperti inilah yang menurut Budiman dapat diterima warga miskin karena memberi manfaat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Budiman juga menyampaikan bahwa ia percaya Ahok dan Djarot punya gagasan itu.
“Saya rasa ini bukan ide yang aneh bagi pak Ahok. Saya yakin ia memiliki gagasan itu, yang penting punya kemauan dan keberanian. Dan saya yakin pak Ahok berani. Selain juga dibutuhkan ketelatenan untuk membangun komunitas-komunitas dari bawah,” ucap Budiman.
Budiman memberi contoh tentang konsep Smart and Social City, salah satu realisasi program tersebut menurut Budiman berupa program laptop murah bagi setiap rumah tangga. Tak cuma membantu pendidikan bagi anak-anak, laptop tersebut juga bisa digunakan seluruh anggota keluarga untuk mengetahui program-program pemerintah apa saja yang bisa mereka akses.
“Intinya harus dibuat sederhana, agar orang miskin bisa dan mau belajar. Kemudian yang kedua harus memberikan manfaat materiil dan spiritual agar menambah semangat mau belajar,” kata Budiman.
(*)