Liputan6.com, Jakarta - Manajer Manchester United (MU) Jose Mourinho dan kontroversi seperti menjadi hal yang tak terpisahkan. Mourinho menjadi "kesayangan media" lantaran komentarnya tajam, perumpamaan yang tak biasa, hingga kritik yang menyinggung orang lain.
Kontroversi terakhir soal Mourinho terjadi pada Oktober tahun lalu. Pria asal Portugal tersebut didakwa oleh Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) karena meragukan wasit Anthony Taylor jelang pertandingan MU melawan Liverpool. Dia mengatakan bahwa Taylor akan merasa tertekan mengingat sang wasit tinggal di Manchester.
Baca Juga
Advertisement
Baru-baru ini, Mourinho kembali memancing kekesalan fans klub lain karena ucapannya. Dia menanggapi ejekan suporter Chelsea yang memanggilnya Judas dengan komentar bijak tapi tajam.
"Saat mereka punya seseorang yang memenangkan lima gelar Liga Primer untuk mereka, saya akan jadi nomor dua. Tapi untuk saat ini, Judaslah nomor satunya," kata Mourinho.
Dikutip dari Daily Star, banyak komentar "ajaib" yang pernah dilontarkan Mourinho sepanjang kariernya sebagai pelatih. Liputan6.com telah memilih tujuh terbaik dan berikut ulasannya.
Judas
1. Judas
Saat bertandang ke markasmantan klubnya, di babak perempat final Piala FA, Mourinho mendapat nyanyian bernada ejekan. Dia dipanggil Judas, tapi malah berkomentar arogan.
"Mereka bisa memanggil saya semaunya. Saya orang yang profesional. Saya membela klub saya. Hingga pada suatu momen mereka punya seorang manajer yang memenangkan empat gelar Liga Primer, sayalah si nomor satu itu."
"Saat mereka punya seseorang yang memenangkan lima gelar Liga Primer untuk mereka, saya akan jadi nomor satu. Tapi untuk saat ini, Judaslah nomor satunya."
Advertisement
The Special One
2. The Special One
Mourinho langsung mengklaim dirinya The Special One saat baru diperkenalkan sebagai Manajer Chelsea pada 2004.
"Saya punya para pemain top dan mohon maaf, kami punya manajer top. Tolong jangan panggil saya arogan karena yang saya katakan itu benar."
"Saya juara Eropa, saya bukan pengecut. Saya pikir saya seorang yang spesial."
Dicurangi Barcelona
3. Dicurangi Barcelona
Pada 2011 silam Mourinho merasa Barcelona curang di semifinal Liga Champions melawan Real Madrid. Kedua tim bertemu pada babak ini dan Mourinho tak terima dengan kekalahan timnya 0-2 di Bernabeu.
"Jika saya katakan kepada UEFA apa yang saya pikirkan dan rasakan, karier saya akan berakhir sekarang. Kalau bisa saya hanya akan bertanya dengan harapan suatu hari akan direspon: Mengapa?"
Advertisement
Tentang Benitez
4. Tentang Benitez
Pelatih Rafael Benitez memenangkan gelar Piala Dunia Antarklub bersama Inter Milan pada 2010. Inter bisa berpartisipasi di ajang tersebut sebagai juara Liga Champions saat masih ditangani Jose Mourinho.
"Saya pikir dia akan berterima kasih pada saya untuk titel yang saya berikan ini. Fans Inter bakal mengatakannya padamu bagaimana mereka sangat berterima kasih pada hal itu."
Terbaik setelah Tuhan
5. Terbaik setelah Tuhan
Mourinho menyebut dirinya yang terbaik setelah Tuhan, setelah menerima pekerjaan melatih Chelsea pada 2004. Baginya tak ada satu pun yang dia takutkan di dunia, kecuali Tuhan.
"Saya tak cemas soal tekanan. Kalau saya menginginkan sebuah pekerjaan mudah, saya tinggal bertahan di Porto. Dengan kursi biru yang cantik, trofi Liga Champions, Tuhan, dan setelah Tuhan, saya"
Advertisement
Pemain muda = Melon
6. Pemain muda seperti Melon
Saat melatih Inter Milan pada 2009 Mourinho pernah membandingkan pemain mudanya seperti melon. Saat itu Nerazzurri baru saja mempromosikan Davide Santon dari Primavera ke tim senior.
"Pemain-pemain muda ini agak mirip melon. Hanya saat Anda membuka dan merasakan melonnya Anda baru 100 persen yakin kalau melon itu bagus."
Ranieri Kolot
7. Ranieri Kolot
Pada 2008 silam Mourinho pernah menyindir Claudio Ranieri tak bisa berkembang sebagai pelatih lantaran usianya yang terlalu tua. Namun nyatanya musim 2015/2016 lalu Ranieri berhasil mempersembahkan gelar Liga Inggris untuk Leicester.
"Saya belajar bahasa Italia lima jam dalam sehari selama berbulan-bulan untuk memastikan saya bisa berkomunikasi dengan pemain, media, dan fans. Ranieri sudah di Inggris lima tahun dan masih berjuang untuk mengatakan 'selamat pagi' dan 'selamat malam'."
Advertisement