Liputan6.com, Jakarta - Edamame atau kacang kedelai merupakan salah satu komoditi ekspor andalan Jember, Jawa Timur (Jatim). Siapa sangka edamame yang diproduksi PT Mitratani Dua Tujuh, anak usaha PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X sudah mendunia sejak 20 tahun lalu
Direktur Mitratani, Wasis Pramono mengungkapkan, perusahaan memproduksi sebanyak 9.000 ton edamame setiap tahun. Edamame tersebut dipanen oleh para petani Jember di atas kebun seluas 1.500 hektare (ha).
Baca Juga
Advertisement
"Sebanyak 9.000 ton produksi edamame, sebesar 85 persen untuk ekspor dan 15 persennya memenuhi kebutuhan pasar domestik," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (20/3/2017).
Jika dihitung sekitar 7.650 ton diserap pasar ekspor, sedangkan sisanya 1.350 ton dijual di dalam negeri. Wasis mengatakan, tujuan ekspor edamame Mitratani meliputi Jepang, Eropa, Kuwait, Malaysia, Australia sampai ke Amerika Serikat (AS).
Diakuinya, Jepang menyerap paling banyak edamame perusahaan, yaitu mencapai 80 persen dari porsi ekspor. Itu berarti sekitar 6.120 ton meringsek masuk ke pasar Negeri Sakura.
"Memang 80 persen edamame kami diserap Jepang. Karena kebutuhan edamame di Jepang besar sekali sampai 200 ribu ton. Sebanyak 150 ribu ton dipenuhi dari hasil dalam negeri dan 50 ribunya dari kami dan negara lain," papar Wasis.
Untuk harga jual, sambung Wasis, sekitar US$ 2 atau Rp 26.600 per 500 gram untuk pasar ekspor dan domestik Rp 19.000 per 500 gram. Sayangnya Wasis merahasikan nilai penjualan edamame pada tahun lalu. Dia hanya menyebut realisasinya mencapai miliaran rupiah.
"Miliaran rupiah yang pasti. Tapi ya Upah Minimum Kabupaten (UMK) kan naik terus, sedangkan harga edamame stabil. Jadi kami sekarang lakukan efisiensi saja supaya bisa terus bertahan," tegasnya.
Wasis menerangkan, perusahaan juga mengekspor edamame premium ke Jepang. Namanya edatsuki. Tidak berbeda jauh dengan edamame, hanya saja edatsuki diekspor dengan tangkainya. Dikemasnya potongan tiga buah edamame plus tangkai di atas yang masih menyatu. Harganya US$ 2,5 per 500 gram.
"Ini edamame premium tiga buah dan ada satu tangkai, rasanya lebih manis. Kami ekspor kalau ada permintaan. Di Jepang, khususnya Hokkaido, makan edamame yang ada tangkainya, gengsi mereka langsung naik, seperti ada kebanggaan tersendiri," dia berucap.
Dia melanjutkan, Indonesia bukan satu-satunya negara yang memasok edamame ke Jepang. Wasis bilang, ada edamame produksi negara lain masuk ke Jepang, yaitu China, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
"Kami bersaing dengan Taiwan, karena edamame negara itu nomor satu di dunia. Edamame mereka dijual sekitar US$ 3 per 500 gram. Kalau edamame China murah, tapi kualitasnya kalah sama kami," Wasis menjelaskan.
Dirinya lebih jauh menuturkan, Jepang sangat senang dengan produk edamame dari Indonesia. Tak heran bila Mitratani mampu memasok edamame ke Jepang selama 20 tahun. Kuncinya adalah mempertahankan kualitas.
"Keunggulan edamame kami non kolesterol, tidak memicu asam urat, dan sudah bersertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), DRC, dan sertifikat halal. Pakai pestisida pun terbatas karena kami dikontrol pembeli," katanya.
Setiap bulan sekali, Wasis mengaku, sedikitnya tiga pembeli dari Jepang dari bagian Quality Control (QC) langsung datang ke pabrik dan kebun untuk melihat pestisida yang digunakan Mitratani. Penggunaan pestisidanya pun ditentukan oleh Jepang.
"Kami sudah punya nama karena kualitasnya, makanya kami bisa bertahan ekspor ke Jepang selama 20 tahun. Dunia sudah mengakui edamame kami, jadi kami tidak khawatir dengan persaingan yang makin marak," kata Wasis mengakhiri perbincangan.