Liputan6.com, London - Cita-cita Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon untuk menggelar referendum kemerdekaan kedua, nampaknya bertepuk sebelah tangan.
Hal ini terlihat dari jajak pendapat yang belum lama ini diluncurkan. Mayoritas Warga Skotlandia ternyata menolak digelar kembalinya pemungutan suara.
Lembagai Survei Skotlandia, Panelbase, dari total 1.008 orang yang disurvei, menyebut 56 persen warga Skotlandia enggan referendum kedua bercerai dengan Inggris digelar.
Hasil jajak pendapat ini disambut gembira Partai Konservatif Skotlandia, Ruth Davidson. Perempuan tersebut dikenal sebagai pembela kebijakan PM Inggris Theresa May terkait penolakan pemberian referendum.
Baca Juga
Advertisement
Davidson mengatakan, usulan Sturgeon menggelar refendum adalah bukti ketidakhati-hatian Pemimpin Skotlandia tersebut dalam mengambil keputusan.
Ia pun mendeskripsikan Brexit atau kependekan dari British Exit (Inggris keluar dari Uni Eropa) yang dipakai Sturgeon untuk meminta kemerdekaan adalah alasan yang luar biasa lemah.
"SNP (Partai yang diketuai Sturgeon) itu bukan (mewakili rakyat) Skotlandia, mereka bertindak melawan keinginan mayoritas warga Skotlandia," ucap Davidson seperti dikutip dari Express.
"Warga Skotlandia ada ratusan ribu, mereka bersyukur karena PM May mau menghentikan (referendum Skotlandia) ini," tambah dia.
Pekan lalu, Sturgeon menginginkan referendum Skotlandia dilangsungkan musim gugur 2018 atau pada musim semi 2019.
Permintaan Sturgeon ini, dilandasi oleh keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa. Menurutnya, referendum adalah upaya Skotlandia melindungi kepentingan internalnya dari efek Brexit.
"Rakyat Skotlandia harus diberi pilihan antara brexit yang begitu keras dan menjadi sebuah negara merdeka," sebut Sturgeon seperti dikutip dari BBC, Selasa (14/3/2017).