Liputan6.com, Jakarta - Presiden Uber, Jeff Jones, memutuskan hengkang dari perusahaan rintisan tersebut setelah bergabung kurang dari setahun. Menurut laporan Recode, keputusan Jones ini berhubungan langsung dengan sejumlah skandal yang ada dalam perusahaan.
Dikutip dari Business Insider, Senin (20/3/2017), Jones merasa Uber berada dalam kondisi yang tak pernah dipikirkan sebelumnya saat ia setuju untuk bergabung dengan perusahaan tersebut. Di samping itu, keputusan ini juga disebut-sebut akibat tak langsung dari rencana CEO Uber Travis Kalanick untuk mengisi posisi Chief Operating Officer (COO).
Kabar ini secara tak langsung juga diamini oleh memo Kalanick pada karyawan perusahaan. Dalam memo tersebut, Kalanick mengatakan keputusan Jeff keluar karena ia merasa tak yakin dengan masa depannya di Uber setelah ada pengumuman resmi untuk mencari COO.
Baca Juga
Advertisement
Untuk informasi, keputusan Kalanick untuk merekrut COO telah diumumkan pada karyawan pada 7 Maret 2017. Keputusan itu diambil setelah rentetan insiden yang dianggap merusak citra perusahaan, sehingga Kalanick membuka lowongan COO untuk menjadi rekan baru dalam memimpin Uber.
Melalui pernyataan terpisah, Jones juga telah mengonfirmasi keputusan tersebut. Pria yang sebelumnya berkarir sebagai Chief Marketing Officer (CMO) di Target itu mengatakan pendekatan kepemimpinan yang telah membimbing karirnya ternyata tidak konsisten dengan hal yang dialaminya di Uber. Karena itu, ia pun memutuskan tak lagi melanjutkan pekerjaannya.
Sejumlah sumber di tempat bekerja dulu menuturkan keputusan Jones ini bukan hal yang mengagetkan. Sumber anonim menuturkan Jones memang dikenal tak menyukai konflik. Karenanya, beberapa masalah yang menghampiri Uber ini dianggap menjadi alasan kuat pria yang baru bergabung 6 bulan ini memilih keluar.
Seperti diketahui, lebih dari 200 ribu konsumen Uber pada Januari 2017 menghapus akun mereka. Langkah itu merupakan bagian dari gerakan #DeleteUber oleh sebagian masyarakat Amerika Serikat yang menganggap perusahaan itu mendukung regulasi Trump terkait pembatasan imigran dari tujuh negara.
Kemudian, Uber melakukan investigasi internal tentang budaya kerja perusahaan setelah mantan engineer, Susan Fowler, mempublikasikan kisah tentang keberpihakan gender dan pelecehan seksual yang dialaminya di sana.
Tak berhenti di sana, Uber juga digugat oleh Waymo, anak perusahan Alphabet yang juga investor perusahaan. Mereka menduga bahwa Uber telah mencuri kekayaan intelektual mengenai mobil otonomos.
(Dam/Ysl)