Liputan6.com, Jakarta Dirjen Informasi Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi Informatika Rosarita Niken meminta masyarakat untuk menyaring informasi sebelum berbagi ke lainnya.
Menurutnya, hal ini penting dilakukan karena informasi bohong (hoax) mulai marak sejak media sosial makin intensif digunakan masyarakat Indonesia.
"Media sosial memungkinkan akun anonim berkontribusi menampung segala macam pandangan dari setiap orang, tidak peduli latar belakangnya. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk menulis," katanya di sela-sela Aksi Bandung Basmi Hoax (ABBAH) di Area Car Free Day, Jl. Ir. H. Juanda, Dago, Kota Bandung, Minggu (19/3/2017).
Baca Juga
Advertisement
ABBAH antara lain diikuti Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Komunitas Anti-Hoax Facebook, Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoax, Komunitas Bandung Heritage, Bicons, Komunitas Sahabat Kota (KSK), dan Komunitas Hong.
Acara diisi dengan sosialisasi, aktivitas olahraga, serta ditutup deklarasi bersama. Turut hadir istri Walikota Bandung Atalia Kamil, pakar teknologi informasi Onno W. Purbo Pakar, dan Ketua KPID Jabar Dedeh Fardiah.
Menurut Niken, situasi itu kerap disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Menggunakan celah tersebut dengan menggunakan media sosial untuk tujuan negatif, yaitu menyebarkan fitnah, hasut, dan berita bohong.
Karenanya, pemerintah peduli terhadap fenomena itu dengan upaya meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap informasi agar dapat memilih dan memilah, memproduksi dan mendistribusikan informasi yang sehat, serta memerangi hoax.
"Kegiatan ini berusaha melawan hoax dengan sebarkan informasi yang bersifat 3E + 1N, yakni education, enlightenmen, empowerment, dan nationalism," katanya.
Hal senada juga dikatakan Atalia Kamil, dengan istilah, "Think Before Sharing." Menurutnya, cara ini selain bisa membedakan berita bohong/tidak, juga efektif mengajak masyarakat mengurangi penyebaran pesan yang memecah belah, ujaran kebencian, dan hoax.
(Msu/Ysl)