Liputan6.com, Jakarta Film Beauty and the Beast memang memiliki nilai moral untuk tidak melihat seseorang dari tampilannya. Selain itu, film yang pertama kali dipublikasikan pada 1740 itu ternyata juga menyimpan pesan feminisme yang kuat.
Pesan itu adalah kemampuan dan hak wanita untuk memilih. Mereka bisa memilih siapa yang akan menjadi suaminya. Belle, tokoh wanita dalam kisah itu, memang memiliki karakter yang kuat dan mampu menentukan siapa yang akan menjadi suaminya.
Advertisement
Emma Watson, pemeran Belle dalam film tersebut, mengatakan Belle benar-benar seorang putri Disney. Namun, ia bukanlah karakter yang pasif.
"Ia mengubah nasibnya sendiri," ucap Watson seperti dilansir dari laman Time, Senin (20/3/2017).
Film terbaru Beauty and the Beast menyuarakan pesan yang sama dari kisah aslinya yang ditulis oleh wanita Prancis pada abad ke-18. Pada saat itu, wanita jarang menikah karena memilih suaminya.
Pernikahan biasanya berdasarkan politik atau finansial keluarga. Seorang wanita muda biasanya dijodohkan dengan pria yang jauh lebih tua darinya. Sebelumnya, mereka sama sekali tidak saling mengenal.
Namun, Beauty and the Beast mengajarkan wanita untuk memilih dan mendapatkan apa yang ia mau. Belle memilih untuk tidak mengikuti pernikahan dengan terpaksa.
"Ini kisah yang ditulis dan dipublikasi oleh wanita, seorang karakter wanita utama yang sangat mencerminkan seseorang dengan pilihannya. Itu tidak terlalu lazim dari literatur dan masyarakat Prancis saat itu," ujar Paul Young profesor yang mengajar literatur Prancis.
Menurut Watson, feminisme adalah seputar hak memilih bagi seorang wanita. Ini tentang kebebasan dan kesetaraan.