Indonesia Vs Myanmar: Duel Juru Taktik Tim Muda

Pertemuan Indonesia vs Myanmar sekaligus jadi ajang pembuktian dua pelatih Eropa: Luis Milla (Spanyol) dan Gerd Zeise (Jerman).

oleh Risa Kosasih diperbarui 20 Mar 2017, 17:15 WIB
Indonesia vs Myanmar digelar pada Selasa (21/3/2017) sore. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Cibinong - Timnas Indonesia U-22 akan menjamu Myanmar dalam pertandingan yang digelar pada Selasa (21/3/2017) di Stadion Pakansari, Cibinong. Pertandingan ini merupakan debut Luis Milla sebagai pelatih timnas sejak ditunjuk pada Januari lalu.

Pertemuan kedua tim besok sore WIB ini disebut PSSI sebagai laga uji coba resmi internasional. Dengan begitu, skuat Garuda wajib menang jika ingin memperbaiki posisi di peringkat FIFA.

Sebaliknya, Myanmar akan menganggap laga ini sebagai persiapan untuk bermain di Kualifikasi Piala Asia 2019 seminggu kemudian. Usai bertemu Timnas Indonesia, tim berjuluk The White Angels tersebut harus menjamu India pada 28 Maret di Thuwunna YTC Stadium, Yangon.

Lebih jauh, pertemuan Indonesia kontra Myanmar juga jadi ajang pembuktian dua pelatih Eropa, Luis Milla (Spanyol) dan Gerd Zeise (Jerman). Mereka sama-sama dikenal sebagai juru taktik yang kenyang pengalaman dalam membentuk tim di level kelompok umur.

Bila Luis Milla pernah membawa Spanyol U-21 juara Piala Eropa, Zeise sukses mengangkat sepak bola Asia Tenggara dengan meloloskan Myanmar ke putaran final Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru.

Fakta menarik juga terjadi pada pertandingan besok sore, karena pertemuan Timnas Indonesia vs Myanmar adalah pertemuan pertama kedua pelatih. Di sisi lain, wasit Clifford Daypuyat, asal Filipina, akan memulai debut FIFA matchday pertamanya juga.

Berikut ulasan mengenai profil kedua pelatih tersebut.


Luis Milla

Pelatih tim nasional (timnas) Indonesia U-22, Luis Milla Aspas (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

1. Luis Milla

Luis Milla secara resmi diperkenalkan sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 20 Januari lalu di kantor PSSI. Dia mendapat kontrak dua tahun untuk membawa skuat Garuda tampil bagus di SEA Games 2017 di Malaysia dan Asian Games 2018.

Pria kelahiran 51 tahun lalu itu sudah kenyang pengalaman untuk melatih tim muda, baik level klub maupun timnas. Sejak melepas peran sebagai asisten pelatih Getafe, dia naik kelas menjadi pelatih kepala di timnas U-19 dan U-20 Spanyol selama dua tahun hingga 2010.

Setahun kemudian, kariernya menanjak dengan melatih skuat U-21 yang diisi nama-nama bintang dunia saat ini seperti David De Gea, Juan Mata, Ander Herrera, Thiago Alcantara, hingga Javi Martinez. Hasilnya, trofi juara Piala Eropa U-21 berhasil dibawa pulang Spanyol.

Pada 2012 dia sempat menukangi timnas U-23 tapi dipecat lantaran Spanyol gagal di fase grup Olimpiade 2012 London. Timnas Indonesia U-22 merupakan tim nasional pertama setelah Spanyol yang dilatihnya. Mantan gelandang bertahan tersebut ditargetkan membawa gelar juara dalam dua tahun masa kerjanya.

"Ketika memutuskan bertarung, kita harus menang meski saat ini masih berada dalam tahap pembentukan tim. Perjalanan masih panjang karena SEA Games masih di bulan Agustus," tutur Milla dalam jumpa pers, Kamis (16/3/2017) di Karawaci, Tangerang.

"Di sisi lain kami ingin mendapat image bagus dari masyarakat dengan kemenangan," ucap Luis Milla.

Bukan hanya target juara SEA Games 2017, skuat Garuda juga dituntut bisa meraih medali emas dalam ajang Asian Games, yang digelar di Indonesia tahun depan.


Gerd Zeise

Di bawah komando Gerd Zeise, Myanmar bisa jadi tim kuda hitam di Piala AFF 2016. (Bola.com/AFF)

2. Gerd Zeise

Gerd Zeise juga terhitung baru sebagai pelatih tim nasional karena pria 64 tahun tersebut ditunjuk menukangi Myanmar U-19 pada 2014 lalu. Setahun kemudian, dia dipercaya untuk membimbing tim U-20 negara yang dulu bernama Burma tersebut. Hasilnya, mereka sukses menembus Piala Dunia di Selandia Baru.

Sayang, di babak penyisihan Grup A Piala Dunia U-20, Myanmar pulang dengan status tim juru kunci. Mereka kalah di semua partai fase tersebut dari Ukraina, Amerika Serikat, dan tuan rumah Selandia Baru.

Pulang dari pesta sepak bola dunia, ekspektasi tinggi dibebankan pada Zeise oleh publik Myanmar. Dia harus membawa timnya tampil bagus sebagai tuan rumah Piala AFF 2016.

Langkah tak biasa yang dilakukan sang pelatih adalah mengadakan pemusatan latihan di luar negeri. Zeise memilih Jerman, kampung halamannya, di samping Belgia, Siprus, hingga Italia sebagai kamp latihan The White Angels.

Zeise memang ditargetkan bisa membawa Myanmar sampai semifinal, tapi di babak itu mereka dibantai juara bertahan Thailand. Di leg pertama Myanmar ditekuk 0-2 dan kemudian dibantai 0-4 pada leg kedua.

Usai turnamen bergengsi se-ASEAN ini, Zeise kembali mengumpulkan kekuatan terbaiknya. Nama-nama seperti Aung Thu sampai gelandang Phyo Ko Ko Thein milik klub Ayeyawady United.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya