Liputan6.com, Jakarta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, menyatakan banyak kota di dunia yang bisa jadi contoh pengembangan Mass Rapid Transit (MRT) bagi Indonesia. Salah satunya adalah Hong Kong.
Menurut dia, banyak yang berpendapat, di sebagian besar kota-kota di dunia, pengoperasian MRT termasuk pembangunannya, memang harus mendapat dukungan penuh pemerintah.
Ini artinya, pemerintah selalu mengambil porsi terbesar untuk mengalokasikan anggaran. Baik dari anggaran internal maupun mengusahakannya dari pinjaman.
Baca Juga
Advertisement
"Salah satu best practice pengelolaan MRT yang bisa dijadikan benchmark adalah Hong Kong," ujar dia di Jakarta, Selasa (21/3/2017).
Bambang menjelaskan, pengelolaan dan pengembangan MRT di Hong Kong bisa dibiayai kegiatan MRT sendiri dengan cara menggandeng para pemilik properti di seputar rel melalui konsep transit oriented development (TOD).
Setiap stasiun MRT di Hong Kong tidak hanya mengakomodasi pusat perbelanjaan, tapi juga dibangun properti seperti perumahan, baik untuk kelas menengah, atas, maupun bentuk-bentuk properti seperti low cost housing yang bisa mendatangkan pemasukan.
Dari pemasukan itulah, MRT Hong Kong membiayai kegiatan operasional secara mandiri. “Bahkan laporan akhir yang saya dengar, mereka mendapatkan untung dan levelnya sudah triliunan rupiah,” dia menjelaskan.
Kisah sukses skema pengelolaan MRT dengan konsep TOD yang dikembangkan di Hong Kong, patut dipertimbangkan sebagai model karena kita juga ingin nanti ada dampak ekonomi dari keberadaan MRT.
Dengan demikian, MRT bukan hanya sekadar alat transportasi, tapi juga sarana mendorong perekonomian Jakarta untuk lebih meningkat lagi.
"Untuk bisa menjalankan model TOD yang benar, ada baiknya MRT Jakarta juga belajar dari pengeloaan MRT di Hong Kong," ungkap dia.
Untuk itu, Bambang berharap MRT Jakarta mulai mengeksplorasi kemungkinan pengembangan TOD di sepanjang wilayah yang akan dilewati oleh MRT.
"Kita mulai dulu dari fase I, nanti kita lanjutkan ke fase MRT penghubung Barat-Timur. Tapi yang paling penting, di fase I ini kita sudah mulai punya konsep TOD untuk MRT Jakarta,” tutur Bambang.
Dia mengungkapkan, untuk pembagunan MRT fase II, Utara-Selatan, akan melanjutkan pinjaman dari pemerintah Jepang dengan skema persis seperti fase I.
Sementara itu, Fase Barat-Timur merupakan tahap pengembangan berikutnya. Saat ini pemerintah masih akan melihat berbagai opsi pendanaan dan teknologi yang terbaik.
“Jadi, kita ingin mengawinkan pendanaan dan teknologi terbaik, baik dari aspek kualitas MRT, maupun dari segi pendanaannya," tandas Bambang. (Dny/Nrm)