Setelah 200 Tahun, Makam Yesus Direstorasi dengan Dana Rp 53 M

Tempat ibadah itu memerlukan perhatian mendesak setelah bertahun-tahun terpapar faktor lingkungan yang merusak.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 22 Mar 2017, 19:00 WIB
Tempat ibadah itu memerlukan perhatian mendesak setelah bertahun-tahun terpapar pada faktor-faktor lingkungan. (Sumber Dusan Vranic/Associated Press)

Liputan6.com, Yerusalem - Sebuah tempat suci yang diyakini sebagai makam Yesus Kristus didandani ulang -- seindah penampilannya pada masa lalunya -- setelah menjalani renovasi senilai US$ 4 juta atau senilai Rp 53 miliar. 

Hanya beberapa saat sebelum Paskah, tim restorasi asal Yunani telah menyelesaikan renovasi bersejarah pada Edicule, yaitu ruang ibadah yang secara tradisi disebut-sebut sebagai gua tempat Yesus dimakamkan dan naik ke surga.

Pagar besi berantakan yang dibangun oleh penguasa Inggris pada 1947 sudah tidak ada lagi. Demikian juga jelaga hitam yang menempel pada bagian depan mezbah yang diakibatkan oleh pembakaran lilin oleh para peziarah selama beberapa dekade.

Pupus jugalah kekhawatiran tentang kestabilan ruang ibadah tua yang belum pernah menjalani restorasi selama lebih dari 200 tahun.

Dikutip dari News.com.au pada Rabu (22/3/2017), Bonnie Burnham dari World Monuments Fund mengatakan, "Kalau intervensi tidak dilakukan sekarang, ada risiko sangat besar tempat itu bakal runtuh."

"Ini adalah transformasi lengkap monumen tersebut."

Lembaga itu menyediakan dana awal sebesar US$ 1,4 juta dari keseluruhan restorasi yang senilai US$ 4 juta, termasuk sumbangan dari janda pendiri perusahaan rekaman Atlantic Records.

Raja Abdullah II dari Yordania dan Presiden Mahmoud Abbas dari Palestina masing-masing menyumbang sekitar 150 ribu euro, ditambah dengan donasi pribadi dan gereja-gereja, demikian menurut Burnham.

Struktur batu gamping dan pualam berdiri di pusat Gereja Makam Kudus di Yerusalem. Gereja itu adalah salah satu gereja tertua sedunia dan merupakan bangunan Abad ke-12 yang dibangun di atas reruntuhan dari Abad ke-4.

Tempat ibadah itu memerlukan perhatian mendesak setelah bertahun-tahun terpapar faktor-faktor lingkungan yang bisa merusak semisal air, kelembaban -- juga asap lilin yang dinyalakan para peziarah.

Tempat ibadah itu memerlukan perhatian mendesak setelah bertahun-tahun terpapar pada faktor-faktor lingkungan. (Sumber Sebastian Scheiner/Associated Press)

Pada 2015, polisi Israel sejenak menutup bangunan itu setelah pihak Otoritas Kepurbakalaan negeri zionis menganggapnya tidak aman. Perbaikan pun dimulai pada Juni 2016.

Tim restorasi dari National Technical University dari Athena membersihkan lempeng batu dari ruang ibadah dan menambal bebatuan bagian dalam dengan menyuntikan beberapa tabung semen untuk penguatan.

Tiap lempeng batu dibersihkan dari jelaga lilin dan tinja burung merpati, kemudian dikembalikan ke tempatnya semula.

Sekrup berbahan titanium disisipkan ke dalam struktur untuk penguatan dan lukisan serta kubah bercat di sana diberi pelapisan baru.


Temuan Baru

Pada 26 Oktober, tim itu memasuki bagian dalam yang dipandang kudus, ke ruang pemakaman Yesus. Secara sementara, mereka menggeser lapisan pualam tua yang menutupi landasan batu tempat jasad Yesus dipercaya pernah ditempatkan.

Di bawah lapisan pualam ada lembaran pualam putih berukirkan sebuah salib. Semen perekat lempengan itu berasal dari Abad ke-4, ketika Kaisar Konstantin memerintahkan pembangunan Gereja Makam Kudus.

Para pekerja membuat celah kecil di dinding pualam tempat ibadah itu agar para peziarah untuk pertama kalinya bisa melihat batu mentah gua pemakaman.

Tempat ibadah itu memerlukan perhatian mendesak setelah bertahun-tahun terpapar pada faktor-faktor lingkungan. (Sumber Sebastian Scheiner/Associated Press)

Antonia Moropoulou yang mengawasi restorasi mengatakan, "Sepertinya kita berada di hadapan suatu sejarah yang sedah divalidasi."

Tim itu membongkar tempat kerja sebelum upacara pada Rabu yang menandai tuntasnya renovasi, di hadapan dua perwakilan dari dua denominasi Kristen, yaitu Patriarki Ekumenikal Bartholomeus I yang menjadi pimpinan spiritual Kristen Ortodoks dan perwakilan Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik.

Kekhawatiran tentang kestabilan gereja itu memperdamaikan denominasi-denominasi Kristen, dan Moropoulou berharap agar hal itu membawa "era baru" untuk kerja sama.

Wanita itu berharap agar masyarakat akan membuat beberapa perubahan pada beberapa kebiasaan dalam gereja, misalnya menghentikan kebiasaan peziarah melemparkan lilin menyala ke dinding batu Edicule. Maksudnya agar struktur makam jangan lagi terganggu.

Sekarang ini sedang dilangsungkan penggalangan dana untuk tahap renovasi berikutnya yang membereskan pipa peturasan bawah tanah di sekitar makam agar landasannya stabil, supaya tidak perlu renovasi lagi walau waktu lama.

Moropolou menambahkan, "Inilah monumen yang menjadi tempat penyembahan selama beberapa abad dan akan terus demikian selamanya."

Restorasi makam Yesus dilaksanakan beberapa hari setelah dibukanya sebuah gudang penyimpanan di Israel, yang ternyata berisi harta karun arkeologis bertuliskan nama "Yesus."

Para ahli arkeologi di Israel mengatakan bahwa nama Yesus merupakan nama yang lazim di Tanah Suci pada sekitar 2000 tahun lalu. Mereka mengatakan telah menemukan 30 kotak batu kuno untuk pemakaman dengan tulisan nama itu.

Pada Minggu lalu, pihak berwenang kepurbakalaan membuka gudang besar kepada para wartawan untuk melihat beberapa artefak yang digali dari masa Yesus.

Para pakar mengaku masih harus menemukan bukti arkeologis langsung tentang Yesus Kristus, tapi, dalam beberapa tahun belakangan ini telah menemukan banyak material yang dapat membantu memberikan pengertian kepada para ahli sejarah tentang bagaimana Yesus hidup dan wafat.

Gideon Avnia, kepala divisi arkeologis di Otoritas Kepurbakalaan Israel, "Itu kabar yang baik. Sekarang ini kita bisa melakukan rekonstruksi secara tepat tentang begitu banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari pada masa Kristus."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya