Geliat Bengkel Andong dan Kereta Kencana Purwakarta

Pelaku bisnis bengkel Andong di Kota Yogyakarta menjalankan usahanya dengan cinta.

oleh Yanuar H diperbarui 22 Mar 2017, 16:01 WIB
Industri bengkel Andong di Kota Yogyakarta sepertinya masih menjanjikan. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Industri bengkel andong di Kota Yogyakarta sepertinya masih menjanjikan. Sebab, andong masih digunakan untuk beragam kegiatan, seperti wisata dan transportasi di Yogyakarta.

Jika dihitung, jumlah andong di Yogyakarta mencapai lebih dari 500 unit. Andong-andong ini paling banyak beraktivitas di sekitar Malioboro.

Dengan kondisi seperti itu, tentu menjadi lahan basah bagi para pemilik bengkel andong. Misalnya, Widi Rahmanto yang mengais rejeki dari dunia kereta kuda ini. Ia memiliki bengkel andong 'Arjuna' di Gesikan RT 04 RW 04 Sidomulyo Godean, Sleman.

Bengkel ini menjadi jujugan bagi kusir andong atau masyarakat yang ingin dibuatkan kereta kencana atau andong. Walaupun tidak begitu banyak para kusir andong datang ke bengkelnya, yang jelas usahanya ini bisa menjadi ladang bagi mengais rejeki.

"Tidak bisa dirata-rata tiap bulan. Kalau bulan ini ada dua kereta baru yang bikin baru. Kalau yang servis tidak bisa ditentukan. Satu bulan ini sudah hampir lima," ujar Widi saat ditemui di bengkelnya, Senin, 21 Maret 2017.

Widi terjun di dunia bengkel andong ini sejak kecil. Ayahnya, Musiran, telah memulai usaha bengkel ini di rumahnya di Salakan, Jotawang, Sewon, Bantul.

Namun, waktu itu ia membantu ayahnya di bengkel karena kepepet. Sebab jika tidak membantu ayahnya di bengkel, maka ia tidak akan diberi uang saku. Sehingga setiap habis pulang sekolah ia selalu di rumah membantu ayahnya.

Saat di tingkat SMP ia memutuskan diri untuk kerja di luar bengkel. Sebab baginya waktu itu bengkel andong belum meyakinkan untuk menafkahi keluarga kecilnya kelak. Sampai akhirnya waktu juga yang mengubah sikapnya di dunia bengkel andong ini.

"Waktu itu bapak ada pesenan kereta, saya lagi kerja di luar. Waktu itu bapak lagi diopname, tapi dia sudah menyanggupi pesanan dan diambil otomatis bapak tidak bisa, makanya saya yang nerusin pesanan itu. Dari saat itu saya mulai ada rasa senang pengin belajar lagi," ujarnya.


Kereta Kencana Ki Jaga Raksa

(Abramena/Liputan6.com)

Widi mengatakan, tahun 2005 menjadi awal dirinya kembali ke jalur bisnis bengkel andong dengan membuat blog dan iklan. Sejak saat itulah ia mulai belajar lagi tentang perbengkelan andong kepada ayahnya yang dulu belajar bengkel andong atau nyantrik di pasar Telo Yogya.

Sejak saat itulah bisnis bengkel yang dikelola bersama ayah dan kakaknya berkembang pesat. Saking berkembang, sampai-sampai Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memesan kereta kencana di tempatnya.

"Waktu itu (ada pesanan) dari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat saya masih bersatu sama bapak. Dia datang sendiri minta dibikinkan kereta dengan bawa gambar sendiri," ujarnya.

Waktu itu Bupati Dedi memesan kereta yang salah satunya diberi nama Ki Jaga Raksa. Ada tujuh kereta yang dia pesan.

"Dia datang sendiri ngomong sama Bapak. Ya sudah rembugan jadi dia pantau sendiri langsung, hampir empat bulan kereta jadi. Waktu itu untuk hari jadi Purwakarta tahun 2010-an," ujarnya.

Widi mengaku, ada tujuh kereta yang minta dibuatkan di bengkelnya dengan tiga jenis kereta yang berbeda. Tujuh kereta kencana itu, dua di antaranya dengan model tertutup, sementara empat kereta terbuka, dan satu kereta pembawa bedug.

"Bahan dari kita semua, dia percaya full sama kita dengan semua kesederhanaan kita. Istilahnya pasrah bongkokan," ujarnya.

Widi menambahkan, yang paling berkesan adalah kereta kencana Ki Jaga Raksa. Sebab Ki Jaga Raksa menjadi kereta kencana pertama yang digunakan dalam upacara pengibaran bendera Merah Putih pada HUT Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2016 lalu. Kereta itu punya tugas untuk membawa replika Bendera Merah Putih di Istana Negara.

Widi menjelaskan untuk terjun di dunia bengkel andong dengan membuat bengkel sendiri perlu keberanian. Sebab ia harus mengerti peta persebaran kereta andong di beberapa daerah.

Ia memilih lokasi di Sleman karena di Bantul sendiri sudah ada enam bengkel. Sementara di Sleman baru ada dua bengkel. Sehingga ia memutuskan membuat bengkel sendiri sejak dua tahun lalu.

"Ini lahan milik kakak saya. Saya bilang sama kakak saya mau bikin sendiri karena perhitungan saya kelompok andong di gamping 65 andong ini belum ada bengkel kebetulan ada lahan mendukung, saya izin ke kakak dan teman-teman juga mendukung," ujarnya.

Widi menjelaskan untuk membuat sebuah kereta andong ataupun kereta kencana tarif yang dikenakan bervariasi. Mulai dari Rp 50 juta hingga paling mahal Rp 150 juta. Sementara biaya servis tergantung kerusakan dari andong tersebut.

"Kereta kencana (Ki Jaga Karsa) yang dipakai di Istana itu Rp 145 juta," ujar Widi.

Menurutnya dengan berbagai peluang yang ada saat ini bengkel miliknya sudah mampu menghidupi ketiga anaknya dan tiga karyawannya. Saat ini bengkelnya juga sudah banyak mendapat pesanan dari luar kota seperti Majalengka, Jakarta hingga Malaysia.

"Cukup karena saya sudah senang dan santai di sini, sudah kadung cinta. Jadi kalau disuruh ganti (bisnis) tidak bisa. Kalau dipikir awalnya memang berat, tapi kalau sudah merasa cinta itu ya tidak berat," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya