Liputan6.com, Arktik - Pemanasan global merupakan isu yang sangat populer dari tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya aktivitas yang menyebabkan suhu panas di Bumi meningkat.
Secara global, curah hujan diprediksikan meningkat sebesar 2 persen untuk setiap besaran derajat dari peningkatan suhu hangat di planet.
Advertisement
Dilansir dari laman Newscientist, Kamis (23/03/2017), peningkatan suhu hangat di Arktik dilaporkan mencapai dua kali lipat. Sehingga muncul prediksi bahwa tahun 2091 nanti curah hujan salju di Kutub Utara akan berubah dalam bentuk air.
"Ini cukup sedikit, kira-kira 50 sampai 60 persen peningkatan dilihat dari lebar Arktik. Kami menemukan bahwa sebagian besar kenaikan potensi hujan air disebabkan karena mencairnya es di lautan akibat pemanasan Arktik," kata Richard Bintanja, seorang peneliti iklim di Royal Netherlands Meteorological Institute -- yang menggabungkan data dari 37 model iklim untuk memprediksi curah hujan di Kutub Utara antara 2091 dan 2100.
Qinghua Ding, seorang peneliti iklim di University of California, Santa Barbara, yang tidak terlibat dalam penelitian ini juga unjuk bicara terkait hal tersebut.
Menurutnya, semua model iklim yang digunakan tersebut mengarah pada efek pemanasan global sebagai faktor penting dalam perubahan iklim.
"Tidak peduli di mana Anda berada di dunia, kenaikan suhu berarti udara dapat menyimpan lebih banyak uap air dan menjadi lebih lembab," jelas Ding.
Cakupan es di lautan Arktik tercatat terus menurun selama beberapa dekade, dan daerah tersebut telah berulang kali membuat rekor terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Ketika es laut berjatuhan, itu akan membuka wilayah perairan terbuka yang luas sehingga ini meningkatkan penguapan secara besar-besaran yang mengarah ke lebih banyak awan dan curah hujan.
Meskipun demikian, curah hujan tersebut bukannya salju, melainkan air hujan. Siklus ini terjadi berulang akibat panasnya temperatur udara yang berdampak pada semakin seringnya es meleleh dan hujan.
"Jika tren kondisi cuaca saat ini terus terjadi dan semua indikasi terus bergulir, maka bisa jadi proses pencarian es di Arktik akan terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan. Sehingga kita akan memiliki laut Arktik tanpa es. Bahkan Anda akan dapat pergi ke Kutub Utara hanya dengan kapal," tambah Bintanja.
Efek Hujan
"Delapan puluh tahun dari sekarang, kita tidak tahu berapa banyak CO2 yang tersedia, tapi aku yakin itu akan sangat hangat di Kutub Utara. Dan penyebab antropogenik akan membanjiri apa pun. Kenaikan curah hujan akan menyebabkan efek aliran air," kata Ding.
Hujan dapat mencairkan salju yang biasanya memantulkan cahaya, membuat tanah menyerap lebih banyak panas dari matahari. Sementara aliran salju yang mencair dapat mengubah salinitas Samudra Arktik, yang dapat membahayakan spesies laut.
Tidak hanya itu, curah hujan di musim dingin dan hilangnya es di Arktik dapat mengancam populasi beruang kutub dan rusa, karena berpengaruh pada cara mereka berburu dan makanannya.
Jadi akankah hujan air di Arktik ini menyaingi jenis yang terjadi di Kutub Selatan?
"Tidak sepanjang tahun. Setiap tahun mungkin ada satu pekan periode hujan seperti di London, tapi di masa depan mungkin akan lebih dari itu. Mungkin saja bisa satu bulan seperti di London," papar Ding.
Sementara Bintanja mengatakan bahwa Kutub Utara cenderung mengalami jumlah hujan tahunan yang biasanya jatuh di tepi Arktik, di tempat-tempat seperti Norwegia utara atau Alaska.