Hama-Hama Pengganggu Bayangi Sawah Petani Trenggalek dan Ponorogo

Hama-hama pengganggu itu tak hanya hadir jelang panen, tetapi juga saat padi baru ditanam.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 23 Mar 2017, 09:33 WIB
Hama-hama pengganggu itu tak hanya hadir jelang panen, tetapi juga saat padi baru ditanam. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Ponorogo - Masa awal tanam petani di Desa Kunti, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mendapat tantangan dari kehadiran hama wereng. Padahal, hama wereng biasanya hanya menyerang padi-padi tua dan yang sudah berbulir.

"Ini padi yang baru ditanam pun daunnya menguning karena wereng dari padi yang sudah di panen pindah ke sini," tutur Widodo salah satu petani kepada Liputan6.com, Rabu, 22 Maret 2017.

Para petani sudah menyemprot pestisida secara berkala pada tanaman padinya. Namun karena populasi hama dan masa tanam yang berbeda-beda, hama wereng itu hanya berpindah-pindah dari satu petak sawah ke petak sawah yang lain. Cuaca yang tidak menentu juga membuat insektisida yang digunakan petani tidak maksimal.

Petani padi lainnya, Misno, juga mengeluhkan hal serupa. Untuk mengurangi serangan hama wereng, ia pun berinisiatif menyemprot insektisida di lahan padi miliknya.

"Kemarin pagi baru saya semprot, eh malamnya sudah hujan lebat," keluh Misno.

Selain hama wereng, para petani juga mengeluhkan hama keong yang meningkat jika air menggenangi lahan. Berbeda dengan wereng yang menyerang padi berbagai umur, hama keong mas hanya menyerang padi yang umurnya di bawah 14 hari.

Misno pun khawatir jika hasil panen padinya kali ini tidak bisa maksimal seperti biasanya. "Kalau seperti ini, bisa-bisa panenan saya turun 50 persen karena serangan hama dari awal tanam," ujar Misno.

Hama-hama pengganggu itu tak hanya hadir jelang panen, tetapi juga saat padi baru ditanam. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)


Panen Petani Trenggalek Turun Drastis

Sementara itu, perasaan was-was akan ancaman gagal panen terus menghantui mayoritas petani di Desa/Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek. Saat ini, mayoritas tanaman padi mereka terkena hama wereng.

Dengan adanya hama wereng tersebut, hasil panen gabah petani berkurang drastis. Petani maksimal hanya bisa menghasilkan gabah sepertiga bagian dari panen sebelumnya.

"Biasanya di ladang kami dengan luas seperrempat hektare ini bisa menghasilkan setengah ton gabah, namun dengan adanya hama wereng ini hanya bisa menghasilkan 166 kilogram gabah saja," tutur Arumi salah satu petani setempat, Kamis (23/3/2017).

Bukan hanya itu, para petani juga harus mengeluarkan biaya serta tenaga lebih agar tanaman padinya bisa sampai panen. Agar bisa panen, petani harus menyemprot lahan mereka rutin menggunakan pestisida menangkal hama pengganggu.

"Setiap kali penyemprotan kami menghabiskan lebih dari Rp 40 ribu untuk membeli pestisida, dan itu harus dilakukan rata-rata lima hari sekali hingga panen," kata Arumi.

Dengan terus disemprotnya tanaman tersebut, jerami dan bekatul hasil gilingan gabah tidak bisa digunakan untuk pakan ternak. Akibatnya, petani tidak bisa menjualnya untuk meminimalisasi kerugian.

"Kendati hampir dipastikan gagal panen, namun saat ini harga gabah kering siap giling juga menurun, sehingga kami tidak bisa apa-apa terkait ini," ujar Arumi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya