Liputan6.com, California - Sekelompok ilmuwan memanfaatkan teknologi pemindai wajah (facial recognition) untuk mendeteksi penyakit langka. Ilmuwan dari National Human Genome Research Institute ini mengembangkan metode pemindaian wajah yang bisa mendiagnosis apakah ada kondisi genetika anomali di pasien.
Simak Pula
Advertisement
Kondisi ini biasanya dikenal dengan sebutan “DiGeorge Syndrome”. Penyakit langka ini disebabkan ketiadaan sejumlah kromosom di tubuh. Akibatnya, pasien yang menderita penyakit ini berpotensi mengalami komplikasi penyakit akut.
Disampaikan ahli genetik National Human Genome Research, Paul Kruszka, penyakit ini bisa dialami semua manusia dari berbagai usia.
“Pada umumnya, DiGeorge hanya dialami oleh keturunan non-Causcasian, akan tetapi sering kali penyakit ini juga dialami keturunan Afrika, Asia dan Amerika Latin,” jelas Kruszka.
Teknologi pemindaian wajah ini diklaim 96 persen akurat dalam mendiagnosis kondisi pasien. Bahkan, juga dapat mendeteksi Down Syndrome.
Ini bukan pertama kalinya teknologi bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit. Sebelumnya, teknologi Virtual Reality (VR) juga bisa meneliti penyakit kanker dan tumor.
Dengan menggunakan VR Headset, dokter bisa melihat biopsi dari kanker atau tumor dengan sodium polyacrylate, yang ukurannya akan ditingkatkan sekitar 100 kali.
Setelahnya, tim bedah akan menganalisis dari luar dan dalam, dan mereka tak hanya akan melihat dari apa tumor itu bisa terbuat, tetapi juga membuat gambar 3D berdasarkan jaringan biopsi yang disaksikan dokter di aplikasi VR.
Dengan begitu, gambar 3D tumor yang bisa dilihat di aplikasi VR juga bisa menampilkan sejumlah data tentang fungsi dan sel tumor, bagaimana mereka bisa berinteraksi, hingga seperti apa tata letaknya.
Baca Juga
(Jek/Why)