Liputan6.com, Jakarta - Salah satu cara untuk membuat mesin mobil mengeluarkan tenaga dan torsi yang lebih tinggi adalah dengan memasangkan turbocharger. Selain lebih maksimal, penggunaan turbo juga bisa membuat emisi lebih rendah.
Turbocharger ditemukan oleh Alfred Buichi, seorang insinyur asal Swiss, pada awal abad ke-20. Penggunaannya hingga kini semakin meluas.
Lantas, apa sebenarnya turbocharger itu? Menurut laman autotrader.com, dikutip Sabtu (25/3/2017), turbocharger adalah perangkat tambahan yang digunakan untuk mendaur ulang gas buang untuk meningkatkan tenaga mesin.
Baca Juga
Advertisement
Turbocharger terdiri dari tiga bagian utama, roda turbin, roda kompresor, dan rumah as. Roda turbin mengalihkan gas buang yang harusnya mengalir ke muffler. Gas buang ini akan memutar baling turbin yang terhubung dengan poros kompresor. Kompresor ini akan meningkatkan tekanan udara lalu mengalirinya ke ruang bakar.
Secara lebih sederhana, turbocharger adalah alat untuk "memaksa" udara masuk lebih banyak dan papat ke ruang bakar. Tenaga lebih kuat, emisi juga dapat ditekan.
"Perbandingannya mesin 3 liter 6 silinder bertenaga 240 Tk, setara dengan mesin 2 liter 4 silinder ditambah turbo. Tenaga sama besar, torsi naik 30 persen, lebih efisien 25 persen dan CO2 turun 20 persen," ujar Alex Pollack, President PT Honeywell Indonesia, produsen turbocharger terbesar di dunia baru-baru ini.
Tak heran jika kemudian banyak pabrikan yang menerapkannya. Untuk mengetahui apakah sebuah mobil dilengkapi turbo atau tidak, tinggal dilihat data spesifikasinya. Jika mobilnya bermesin Diesel, maka keterangannya jadi "turbodiesel".
Selain itu, mesin turbo juga bisa dipasangkan layaknya perangkat aftermarket lainnya. Harganya beragam, tergantung merek dan spesifikasnya.
Teknologi turbo sendiri terus berkembang. Dewasa ini ada yang disebut dengan turbo variabel, pengembangan lebih lanjut dari turbo fixed. Pada turbo baru ini, bilah turbin bisa berubah sesuai putaran mesin, sehingga output-nya bisa lebih besar.