PDIP ke Gubernur Jateng: Perhatikan Aspirasi Petani Kendeng

Setiap kebijakan tidak boleh semata memperhatikan aspek ekonomi dan aspek politiknya saja, namun juga aspek sosial dan kebudayaan masyarakat

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 25 Mar 2017, 16:47 WIB
Seorang anak berjalan di antara kotak aksi protes memasung kaki dengan semen di depan Istana Merdeka, Kamis (16/3). Para petani juga meminta untuk menghentikan kegiatan penambangan karst oleh pabrik semen.(Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto meminta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendengarkan suara para petani Kendeng. Hal ini terkait penolakan izin operasional pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah.

"Kami minta Pak Ganjar untuk memperhatikan aspirasi rakyat tersebut, karena tugas pemimpin harus mendengarkan suara rakyat," kata Hasto saat ditemui di XXI Plaza Indonesia, Jakarta, Sabtu (25/3/2017).

Menurut Hasto, setiap kebijakan tidak boleh semata memperhatikan aspek ekonomi dan aspek politiknya saja, namun juga aspek sosial dan kebudayaan masyarakat setempat.

"Suara-suara (rakyat) harus kita dengar. Pemimpin PDIP adalah pemimpin yang mendengarkan. Untuk itu, Pak Ganjar saya yakin akan mendengarkan suara masyarakatnya," ujar Hasto.

Hasto percaya Ganjar adalah seorang yang mengedepankan komunikasi dengan membuka ruang dialog luas sebelum mengambil kebijakan.

"Kami (PDIP) menghormati suara-suara rakyat itu, dan kami meminta kepala daerah dari PDIP mendengarkan suara-suara tersebut," tegas Hasto.

Aksi semen kaki dilakukan puluhan warga Kendeng sebagai bentuk protes atas keputusan pemerintah yang tetap mengoperasikan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang dan di wilayah Pengunungan Kendeng, Jawa Tengah, meski putusan Mahkamah Agung sudah membatalkan izin pendiriannya.

Peserta aksi semen kaki ini mulai duduk dan berdiri di luar pagar Monas dari siang sampai sore, dengan fasilitas sanitasi lapangan dan peneduh. Pada sore hari, peserta aksi beristirahat dan menginap di YLBHI jalan Diponegoro Jakarta.

Kemudian, pada Kamis 16 Maret 2017, ada 55 warga dari Kabuputen Pati dan Rembang menyusul bergabung dengan para peserta aksi sebelumnya. Dari ke-55 warga ini, hanya 20 orang yang mengecor kakinya, termasuk Patmi. Ia datang tanpa paksaan bersama kakak dan adiknya dengan seizin suaminya.

Patmi peserta aksi semen kaki di Istana, Jakarta, meninggal dunia. Dia wafat setelah cor semen di kakinya dilepas, Selasa 21 Maret 2017 dini hari.

Kepala Bidang Advokasi YLBHI Muhammad Isnur menuturkan, ketika itu Patmi yang akan kembali pulang ke kampung halamannya membersihkan diri di kamar mandi. Lalu saat keluar, dia berteriak menahan sakit, meringis lalu muntah dan langsung jatuh.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan bela sungkawa. Dia berdoa akhir hidup Patmi husnul khatimah.

"Innalillahi wainna illaihi rojiun, semoga almh ibu Patmi khusnul khotimah..," tulis Ganjar dalam akunnya, @ganjarpranowo yang dikutip Liputan6.com, Rabu 22 Maret 2017.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya