Liputan6.com, Jakarta - Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Di antara kamu semua barangkali ada yang pernah mendengar kalimat yang diucapkan oleh Bung Karno dalam pidato terakhirnya pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966 silam tersebut.
Bicara soal sejarah, Republik Indonesia telah mengalami banyak hal dan melalui waktu sangat panjang hingga seperti sekarang ini. Nah, perjalanan panjang tersebut salah satunya terdokumentasi dalam bentuk foto.
Jangan kira foto-foto tersebut layaknya kebanyakan foto saat ini, yang dihasilkan dari kamera--baik itu kamera ponsel, DSLR, mirrorless, ataupun kamera lainnya--dengan spesifikasi canggih dan bisa disimpan dalam bentuk file digital. Foto-foto tersebut masih ala kadarnya. Jangankan resolusi tajam yang memanjakan mata, foto-foto tersebut masih dicetak hitam-putih.
Namun kini, perkembangan teknologi memungkinkan kita untuk mengedit foto-foto tersebut menjadi lebih modern, misalnya melakukan digitalisasi melalui teknik pemindaian (scanning), menyimpannya dalam bentuk file digital (misalnya JPEG), lalu memolesnya di perangkat lunak tertentu semisal Adobe Photoshop.
Baca Juga
Advertisement
Nah, teknik memoles foto di Adobe Photoshop pun ada banyak macamnya dan salah satunya adalah colorize atau "mewarnai". Ya, teknik ini betul-betul mewarnai foto yang tadinya hitam-putih.
Tekno Liputan6.com mewawancarai salah seorang penikmat sejarah, yang cukup aktif memoles foto-foto hitam-putih sejarah, menjadi berwarna. Ia membagikan hasil editannya di Twitter melalui akun @tukangpulas.
Simak wawancara kami selengkapnya dengan sosok di balik akun @tukangpulas, yakni Heru Iswanto, seorang anggota POLRI yang bertugas sebagai staf di Subdirektorat Keamanan dan Keselamatan, Direktorat Lalu Lintas, Polda Metro Jaya.
Sosok di Balik Akun Twitter Pewarna Foto Hitam-Putih Sejarah
1. Anda memang punya minat besar di bidang sejarah, ya?
Kalau dibilang minat, gak juga. Saya cuma sebatas penikmat sejarah.
2. Dari mana Anda mendapat foto-foto hitam-putih sejarah?
Saya dapat foto-foto itu dari hasil pencarian di Google dan website Belanda karena di website Belanda banyak sekali foto-foto unik tentang Indonesia pada masa lalu.
3. Perlu minta izin ke pihak terkait gak, untuk mewarnai foto hitam-putih sejarah ini, lalu memublikasikannya?
Sampai saat ini saya cuma download, saya coloring, saya upload deh di media sosial. Tapi ada juga beberapa website yang mematenkan fotonya, jadi orang gak bisa sembarangan download.
4. Sejak kapan Anda mengawali aktivitas ini? Cuma iseng-iseng atau ada tujuan tertentu?
Saya mulai hobby mewarnai foto hitam-putih kira-kira bulan November 2016. Tujuannya cuma iseng dan pengen terlihat beda aja, tapi ada juga beberapa followers yang minta diwarnai foto-foto jadul keluarganya dan sudah tentu ada biayanya.
5. Aplikasi atau program apa yang digunakan untuk 'mewarnai' foto hitam-putih sejarah ini?
Saya Photshop aja, gak ada tambahan yang lain.
Advertisement
Sosok di Balik Akun Twitter Pewarna Foto Hitam-Putih Sejarah
6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengedit satu foto?
Rata-rata mewarnai foto itu dari mulai hitungan menit hingga hitungan jam, tergantung pada tingkat kesulitan dan seberapa banyak objek yang harus diwarnai. Paling cepet sekitar 15-20 menit.
7. Sejauh ini, kira-kira sudah berapa foto yang pernah diedit?
Hasil coloring saya kurang lebih sudah mencapai 50 foto.
8. Ada komunitas?
Sejauh ini komunitas coloring baru ada di media sosial. Mungkin yang sudah kopi darat ada, tapi saya pribadi baru di media sosial aja. Saya kenal teknik coloring ini gak sengaja di Fans Page yang isinya foto-foto sejarah Indonesia yang diwarnai ulang. Waktu itu saya pun tertarik buat belajar dan akhirnya bisa, walaupun masih banyak kekurangannya.
9. Foto mana yang paling berkesan bagi Anda?
Hampir rata-rata foto yang saya warnai ulang cukup berkesan karena saya masih milih-milih foto jadul yang unik dan jarang sekali orang tahu. contohnya foto di Gedung Sate yang masih berkibar bendera Belanda. Tapi yang paling berkesan sih foto Yogyakarta tempo dulu, tepatnya sisi utara Jl. Malioboro, dan seorang fotografer andal sekelas Bung Arbain Rambey retweet foto saya.
10. Ada pesan untuk generasi muda berkenaan dengan sejarah?
Harapan saya, gunakanlah teknologi untuk kebaikan, untuk hal-hal positif lah. Boleh-boleh aja untuk konyol-konyolan, tapi harus ada batasannya. Generasi muda jangan alergi sama sejarah karena bagaimanapun juga kita ada karena masa lalu.
(Why/Ysl)