Liputan6.com, Jakarta Pasangan cagub cawagub DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat di beberapa kesempatan saat kampanye di putaran pertama dan kedua sempat ditolak kehadirannya di beberapa daerah. Isu SARA juga kerap menyerang keduanya dan para pendukungnya di media sosial.
Menanggapi permasalahan tersebut, Djarot Saiful Hidayat mengaku dirinya tidak pernah merasa takut. Menurut Djarot, sentimen SARA dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta, dinilai sudah tak relevan.
Advertisement
"Alhamdulillah rasa takut saya sudah habis. Dilindungi kalian semua, dan lebih dari itu, saya dijaga Allah," kata Djarot dalam dekralasi dukungan Front Kerukunan Pemuda Bugis Makassar (FKPBM) di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Seperti diketahui, pada Pilkada DKI Jakarta 2017, sentimen agama kerap mencuat ke permukaan dan dikaitkan dengan politik. Hal ini sempat dipicu oleh kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok terkait ucapannya soal Al Maidah ayat 51 pada September 2016. Bahkan, beberapa waktu lalu juga sempat beredar spanduk provokatif yang menyatakan untuk tidak menyalatkan jenazah pendukung Ahok-Djarot.
Kasus spanduk itu berbuntut panjang. Jenazah salah satu warga Jakarta, Nenek Hindun sempat diisukan ditolak disalatkan oleh warga sekita Setiabudi lantaran pada putaran pertama ia memilih paslon nomor 2 tersebut.
Kasus tersebut mendapat perhatian dari Pemprov DKI Jakarta yang bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menyelesaikannya, dibantu dengan Satpol PP, Pemprov DKI Jakarta segera menurunkan dan menghimbau masyarakat agar tidak memasang spanduk provokatif seperti itu lagi.
Djarot mengaku dirinya bebas masuk ke mana saja di Jakarta. Ia pun berani masuk ke daerah-daerah yang sentimen SARA-nya cukup kuat. Sebab kehadirannya ke daerah itu, diakui Djarot murni dengan niat yang baik untuk mendengar aspirasi dan keluh kesah warga Jakarta. Ia tak khawatir lagi dengan penolakan yang mengatasnamakan isu SARA di Pilkada DKI.
Pendukung Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat diminta sabar dalam menghadapi hina yang kerap dilontarkan beberapa pihak, khususnya berkaitan dengan SARA. Djarot meminta kepada pendukungnya untuk bersikap sabar dengan tidak membalas hinaan tersebut.
"Saya minta betul, sabar kalian dikata-katain kafir, saya terima juga. Munafik, masuk neraka, waduh kok itu mendahului Tuhan?" kata Djarot.
Mantan Walikota Blitar itu juga meminta pendukungnya agar tidak bersikap eksklusif, dan berharap para pendukungnya untuk masuk ke dalam lingkungan warga sekitar. Ia ingin para pendukungnya bisa menyatu dengan warga sekitar dan mampu bersosialisasi demi menciptakan situasi yang kondusif di Pilgub DKI Jakarta 2017.
"Jangan marah-marah, yang sabar ya. Saya minta betul jaga kesejukan ini," tutur Djarot.
Pada pemilihan pemimpin Ibu Kota untuk periode 2017-2022, Djarot berpasangan dengan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama yang notabene non-Muslim. Terlebih lagi, saat ini Ahok juga harus berjibaku dengan proses hukum lantaran kasus dugaan penistaan agama yang menjeratnya.
Hal inilah yang akhirnya menyeret Djarot kerap disebut sebagai pemimpin kafir. Namun, Djarot tetap menunjukan sikap tenang dengan meminta para pendukungnya untuk dapat bersikap sabar.
(*)