Liputan6.com, Jakarta - Ahli Psikologi Sosial, Risa Permana, membeberkan makna tepuk tangan warga saat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berpidato di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016.
Menurut Risa, tepuk tangan warga berarti penerimaan warga terhadap apa yang disampaikan Ahok.
Advertisement
"Tepuk tangan representasi konektivitas apa yang disampaikan Pak Gubernur kepada rakyat. Jadi apa yang dibicarakan Pak Ahok diterima di Kepulauan Seribu," kata Risa di Kementan, Rabu (29/3/2017).
Risa menyebut tepuk tangan menyimbolkan hubungan erat antara Ahok dan warga.
"Ada tethering antara masyarakat dengan Ahok walau sebenarnya warga tidak paham. Kita perlu tahu sisi sosial Kepulauan Seribu yang selama ini diperspektifkan jadi masyarakat terpinggirkan," ujar dia.
Sambutan dan penerimaan warga pada Ahok adalah bentuk terima kasih pada mantan Bupati Belitung Timur itu.
"Jadi mereka (warga Kepulauan Seribu) sedang berterima kasih kepada Gubernur karena bersedia mengenali kehidupan masyarakat di Kepulauan Seribu," ucap Risa.
Selain itu, Risa berpendapat pilihan polisi memakai transkrip ucapan Ahok sebagai salah satu bukti adalah tindakan gegabah.
"Saya pikir polisi terlalu gegabah menjadikan transkrip sebagai alat bukti," kata Risa.
Dosen Universitas Indonesia ini menyebut penilaian kesalahan terdakwa dengan hanya berdasarkan transkrip kurang tepat, sebab tidak menunjukkan keadaan sebenarnya.
"Kalau mau dijadikan alat bukti, harusnya transkrip disertakan dengan reaksi masyarakat dan kondisi sekitar," ujar Risa.
Risa mengatakan kasus Ahok tidak tepat karena hanya melihat bagian kecil bukti saja.
"Saya bisa katakan tuduhan ini tidak valid. Kalimat yang diambil hanya sedikit saja. Makanya saya bilang kasus ini terlalu sumir," ungkap Risa.